Pesraman Mas Amerta Sari Bumikan Budaya Literasi
Denpasar, diaribali.com
Kebudayaan Bali yang sudah mengakar dan menjiwai kehidupan masyarakat Bali sebelumnya semakin ditinggalkan. Ini berarti kebudayaan Bali seperti bahasa dan kesusastraan Bali sudah semakin tipis diturunkan kepada generasi penerusnya.
Dampak globalisasi bagi masyarakat Bali khususnya generasi muda sungguh sudah dirasakan. Generasi yang lebih menyukai budaya modern menjadi trand saat ini.
Jika kebudayaan ditinggalkan tidak menutup kemungkinan masyarakat khususnya generasi muda terdorong keinginannya untuk melakukan hal-hal negatif yang dapat merusak keperibadiannya.
Apabila hal ini semakin merasuk pada jiwa masyarakat, ini akan bisa membawa kehancuran. Bila budaya leluhur yang menjiwai kehidupan masyarakat Bali tidak dilestarikan dan dikembangkan maka bisa mengantar pada kepunahan.
Menampik kekhawatiran inilah menggugah nurani untuk mendirikan pesraman sebagai ruang menyatukan perasaan dan jiwa untuk menggawang keutuhan bahasa, aksara dan sastra Bali.
Dr. Ni Wayan Sariani, S.Pd, M.Hum mengajak masyarakat Bali untuk metangi (bangun), melestarikan dan mengembangkan pendidikan melalui pelatihan bahasa, aksara dan sastra berbasis kebudayaan Bali.
“Pendidikan berbasis kebudayaan Bali merupakan kebutuhan riil masyarakat Bali sebagai daerah yang kaya dengan budaya tradisional yang banyak menyimpan kekayaan budaya serta lokal genius,” kata Sariani pegiat sastra peraih penghargaan bulan bahasa Bali setiap tahunnya. Minggu, (7/4/24).
Dirinya menyampaikan bahwa pendidikan berbasis kebudayaan Bali dilaksanakan dalam sebuah wadah pesraman sastra Bali yang diberi nama “Mas Amerta Sari” yang akan mengembangkan kegiatan literasi untuk meningkatkan kemampuan tentang membaca, menulis, bercerita (mendongeng), berpidato, pembawa acara, puisi dan sebagainya.
Selain itu, pesraman yang dibentuk ini juga melaksanakan kegiatan menulis wacana sastra maupun non sastra di daun lontar sebagai bentuk pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali. Hal ini dilaksanakan agar anak-anak, remaja, dewasa dan masyarakat secara umum yang memiliki kemauan untuk mencintai bahasa, aksara dan sastra Bali sebagai warisan leluhur.
” Pesraman sastra Bali Mas Amerta Sari memiliki misi “ngayah” ( tulus iklas) untuk menjaga, melestarikan serta mengambangkan seni budaya Bali serta berusaha ikut berpartisipasi menggawang warisan yang adi hulung melalui kegiatan pendidikan berbasis kebudayaan Bali,” ujar sariani asal bumi seni.
Lebih lanjut dikatakan, pesraman sastra Bali Mas Amerta Sari bertekad untuk ikut membantu memecahkan masalah anak-anak dalam belajar bahasa, aksara dan sastra Bali.
” Bahasa, Aksara dan Sastra Bali semakin membumi, dipelajari, dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,” harapnya memungkasi. (Get)