

Festival Sastra Saraswati Sewana Diapresiasi Dewa Palguna

GIANYAR, diaribali.com – Ketua Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) I Dewa Gede Palguna mengapresiasi gelaran Festival Sastra Saraswati Sewana 2024 yang diselenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud, Gianyar, Bali.
Dalam rangkaian kegiatan festival yang berlangsung di Taman Baca Sanggingan, Ubud, dari 20-23 Juli 2024 itu, diisi pembahasan konsep tentang kepemimpinan Bali di masa yang akan datang.
“Dari kegiatan ini kita berbicara tentang kemajuan bangsa pada umumnya, apalagi kalau bicara tentang kepemimpinan. Karena sesungguhnya kebutuhan terhadap seorang pemimpin itu haruslah muncul dari masyarakat. Karena dari sanalah muncul prakarsa tentang kegelisahan dan harapan yang diinginkan masyarakat,” jelas Palguna saat menjadi narasumber rangkaian festival yang diisi diskusi bertema “Menggali Inspirasi Praktek Kepemimpinan Tokoh-tokoh Bali dalam Menjawab Tantangan Kekinian, Senin (22/7/2024).
Lebih lanjut menurut mantan Hakim Mahkamah Konstitusi ini menjelaskan sebagai bagian dari kehidupan bernegara dan berdemokrasi, maka partisipasi masyarakat harus dilibatkan dalam mencari sosok pemimpin yang ideal.
“Partisipasi itu bukan hanya sekedar ketika dia memberikan suara saat Pemilu. Namun turut serta memberikan pesan dan gagasan tentang persoalan-persoalan nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Ia pun mengatakan melalui partisipasi aktif dari masyarakat, diharapkan hadir kebijakan-kebijakan konkret dari seorang pemimpin yang akan berefek positif bagi kehidupan masyarakat.
“Dan tentunya kebijakan yang diambil dari seorang pemimpin, nantinya tidak berasal dari keinginannya sendiri,” tutur Palguna.
Sedangkan terkait sosok pemimpin ideal Bali di masa depan, Palguna menyatakan haruslah yang benar-benar paham konsep yang ia jelaskan. Yakni sosok yang mampu memahami keinginan masyarakat Bali. Terutama perihal problem fundamental pembangunan mendasar dan juga tantangan jangka panjang kedepan.
Ia turut mengambil contoh terkait sosok Gubernur Bali periode 1978-1988, Prof Dr Ida Bagus Mantra, yang menurutnya sangat jelas menamkan fondasi pembangunan Bali secara berkesinambungan.
“Misalnya saat beliau memprakarsai berdirinya LPD (Lembaga Perkreditan Desa), hal itu bukanlah sekedar landasan ekonomi bagi masyarakat, tapi sekaligus juga sebagai benteng kebudayaan. Demikian juga dengan inisiasi Pesta Kesenian Bali di jaman beliau. Terbayangkanlah kalau hal itu misalnya tidak ada, mungkin kesinambungan kelompok kesenian Bali tidak akan bertahan,” tandas Akademisi Hukum Universitas Udayana tersebut.rl