Ari Dwipayana Ingatkan Pemilih Harus Kritis dalam Pilkada

IMG_20240723_165924
Dr. Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana. (Foto:Zor)

GIANYAR, diaribali.com – Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Dr. Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana berpendapat, pendidikan politik tidak melulu soal cara pemilih memilih dalam pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) akan tetapi yang tidak kalah penting bagaimana pemilih bisa memilih secara rasional dan kritis, seperti misalnya pemilih melihat track rekor dari kandidatnya tersebut.

Selain itu, mereka (pemilih, red) harus kritis terhadap janji-janji yang disampaikan, program-program yang dikedepankan sehingga tidak serta merta terbuai oleh hal-hal yang sifatnya pragmatis transaksional.

Lebih lanjut dijelaskan, dengan diselenggarakan Festival Niti Raja Sasana sebagai ajang literasi dan edukasi kepemimpinan dengan menggunakan jalan sastra dan kebudayaan, pihaknya juga mengajak masyarakat umum untuk membaca manuskrip dan juga sumber-sumber literasi terkait dengan kepemimpinan.

“Itu harapan kami dari acara ini setelah terpilih juga upaya untuk mengawasi jalannya pemerintahan tetap berjalan misalnya dalam penggunaan APBD apalagi APBD itu dana publik yang setiap warga negara. Dan setiap warga di provinsi Bali harus tau bagaimana dana-dana mereka digunakan jangan sampai dana-dana yang dimiliki oleh publik itu justru digunakan dengan tidak tepat,” ujar Ari Dwipayana, Selasa (23/7/2024) saat penutupan Festival Niti Raja Sasana.

Ia melanjutkan, Bali memilki segudang kekayaan dalam ajaran-ajaran kepemimpinan. Untuk itu, dengan literas ini pihaknya juga turut mengedukasi masyarakat untuk bisa membuat standar di dalam memilih pemimpin yang baik.

BACA JUGA:  Komisi II DPRD Bali Minta BTID Cabut Pelampung Laut

Dengan standar itu tentu akan lebih kritis lagi dalam memilih pemimpin yang mempunyai standar-standar yang ada dalam ajaran yang muncul dalam kepemimpinan Bali.

“Kritis dalam tata kelola kepemimpinan supaya betul-betul mengikuti apa yang menjadi ajaran itu jadi dengan cara lain yang kita perkuat bukan hanya pemimpinnya tetapi yang dipimpin,” jelasnya

Dia berharap dengan adanya festival Sastra Saraswati Sasana ini masyarakat semakin kritis didalam melihat pemimpin dan melihat tata kelola kepemimpinan itu sendiri.

“Ini kan sebenarnya ajang pendidikan politik tetapi menggunakan jalan sastra dan kebudayaan teman-teman di pihak lain juga banyak sekali melakukan pendidikan politik,” tuturnya

Festival Niti Raja Sasana yang berlangsung selama empat hari dari tanggal 20-23 Juli 2024 secara resmi ditutup. Penutupan tersebut diisi dengan Peragaan Busana Wastra Bebali Kuno yang menampilkan belasan model berbalut kain tenunan tradisional Bebali yang berusia sekitar 80-100 tahun. Zor