275 Film Pendek Bakal Ditampilkan di Minikino Film Week

DENPASAR, diaribali.com – Menginjak tahun ke-9, Minikino Film Week (MFW9) Bali International Short Film Festival, akan digelar pada tanggal 15-23 September 2023 mendatang dalam format hybrid secara luring dan daring di Bali. Seluruh pemutaran Film dan diskusi diselenggarakan secara luring, sementara beberapa Forum dalam Short Film Market akan diselenggarakan secara daring untuk memberi akses lebih luas terhadap publik, serta partisipan filmmaker dan pembicara yang tidak bisa hadir secara langsung.
“MFW tahun ini, sudah cukup stabil dibanding tahun-tahun lalu saat Covid-19. Sehingga akan lebih banyak stakeholder industri film pendek, mulai dari Lokal, nasional hingga mancanegara, turut terlibat tahun ini,” ungkap Direktur Festival MFW9, Edo Wulia saat press conference MFW9 di Kubu Kopi Denpasar, Selasa (5/9).
MFW9 tahun ini didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan Tahun 2023, organisasi serta entitas swasta lain yang turut berkontribusi mewujudkan festival tahun ini yang berasal dari dalam dan luar negeri. Selain itu, kegiatan ini juga didukung oleh beragam kolaborasi dengan berbagai media dan juga komunitas lokal di Bali.
Edo Wulia menyebutkan, dari 1111 judul film pendek yang didaftarkan masuk melalui kanal online Short Film Depot dan FilmFreeway dan terbuka untuk Filmmaker dari seluruh dunia, ada 187 Film yang lolos seleksi, termasuk Film-film dari Indonesia. Sementara itu kolaborasi nasional dan internasional Minikino juga menampilkan program film pendek tamu serta program film di Market Screening. “Tahun ini MFW9 menampilkan total lebih dari 275 film pendek baik dari Indonesia maupun luar negeri dari total 69 negara akan ditayangkan selama 9 hari penuh di 13 Lokasi yang tersebar di berbagai titik di Pulau Bali,” terangnya.
Disebutkan pula, program film pendek di MFW9 meliputi 33 program internasional, 3 Program Inclusive Cinema, 6 program S-Express 2023 Asia Tenggara, 6 program Indonesia Raja 2023, 4 VR Films, 5 Program Tamu, 7 Market Screening, 1 program Pool Cinema dan Begadang 2023 Official Selection. “Seluruh film dalam program tersebut dilengkapi dengan panduan rekomendasi batas usia, dan takarir Indonesia. Beberapa program film juga akan didampingi oleh relawan profesional sebagai active Listener dari Ikatan Psikologi Klinis HIMPSI Wilayah Bali,” jelas Edo Wulia.
“Meskipun MFW9 sudah memberikan panduan rekomendasi batas usia, kita tidak pernah sepenuhnya tahu kondisi psikologis para penonton. Di beberapa Film yang memiliki konten eksplisit seperti trauma, kehadiran profesional sebagai active Listener diperlukan untuk memberikan ruang aman. Sehingga kita semua bisa menikmati Film, berdiskusi, dan berpikir kritis dalam ekosistem yang sehat,” ujar Direktur Program MFW9, Fransiska Prihadi.
MFW9 Inclusive Programs juga kembali hadir sebagai upaya mewujudkan festival yang inklusif. Program ini adalah rangkaian pemutaran dan Lokakarya untuk semua penonton, terutama untuk penyandang disabilitas. Semua film dalam program ini dilengkapi dengan Closed Caption (CC)/Subtitles for the Deaf and Hard of Hearing (SDH) Bahasa Indonesia, jenis subtitle untuk Tuli dan kurang dengar. Ada juga Audio Description (AD) Bahasa Indonesia yang ditambahkan ke dalam Film untuk penonton dengan disabilitas netra. Hal yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, program AD sepenuhnya diisi oleh relawan disabilitas netra dari Bali.
Salah satu program baru yang hadir adalah MFW9 Market Screenings sebagai langkah untuk menyediakan platform pertukaran film pendek bagi para instansi perfilman Internasional. Berbeda dengan program pemutaran biasa, Market Screening dikelola secara Langsung oleh instansi yang terlibat, dan MFW9 berlaku sebagai Fasilitator.
Sementara itu Direktur Traveling Cinema, I Made Suarbawa menjelaskan, selain mempertimbangkan kesiapan infrastruktur, MFW9 selalu mencari rekanan desa yang aktif dan kerjasama yang berkelanjutan. “Dengan ini kami berharap terbentuknya sebuah sebaran budaya menonton dan pemutaran mandiri di Desa,” ucapnya.
Pada MFW9 kali ini, Suarbawa menekankan jika Minikino sadar betul tentang budaya Film pendek di Indonesia itu datangnya dari komunitas, bukan industri. Oleh karenanya program untuk edukasi dan integrasi lintas komunitas menjadi perhatian MFW9. Misalnya, melalui Forum 100% Dari Bali, sebuah forum yang mempertemukan para pegiat komunitas film di Bali untuk sama-sama membicarakan gerakan akar rumput di daerah. “Film pendek bisa menjadi medium untuk menjangkau berbagai segmen dan wacana, sehingga ia bisa menjangkau banyak komunitas serta menguatkan perfilman Bali,” pungkasnya. Zor