ucapan nyepi dan idul fitri warmadewa

Pementasan Drama Pendek Pos Pengaduan Srikandi Meriahkan HUT RI ke-79 di Desa Dauh Puri Kaja

1000272003
Drama pendek yang menceritakan aktivitas Pos Pengaduan di Sekolah Perempuan Srikandi Desa Dauh Puri Kaja, turut memeriahkan Perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan Indonesia.

DENPASAR, diaribali.com – Ada yang menarik dari perayaan HUT Kemerdekaan ke-79 RI di Desa Dauh Puri Kaja yang dipusatkan di Lapangan Lumintang, Denpasar, Minggu (18/8/2024). Selain beraneka lomba pada umumnya, perayaan tingkat desa ini dimeriahkan oleh drama pendek yang dibawakan oleh pimpinan dan anggota Sekolah Perempuan Srikandi.

Tampil di atas panggung, alur cerita dimulai dari seorang perempuan berlari ketakutan karena dikejar dan dipukul oleh suaminya. Sambil terisak, perempuan itu lari untuk melapor ke pos pengaduan Srikandi yang dijaga dua ibu-ibu di kantor desa.

Tak lama berselang, seorang ibu juga datang ke Pos Pengaduan Srikandi untuk melaporkan bahwa anaknya tidak mau bersekolah karena dirundung/bullying oleh teman-temannya.

Cerita dilanjutkan dengan pengaduan sepasang lansia tuna netra miskin yang tidak mendapatkan jaminan sosial. Semua adegan diperankan dengan baik oleh anggota Sekolah Perempuan Srikandi, yang membawa penonton larut dalam alur, meski sesekali dibuat terbahak.

Drama pendek itu menggambarkan aktivitas di Pos Pengaduan Srikandi yang telah dibentuk oleh Perbekel pada April 2023 lalu. Penampilan drama yang turut didampingi LSM Bali Sruti tersebut juga ditonton langsung oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Denpasar Ny. Ayu Kristi Agustini Wibawa, Anggota DPR RI I Gusti Agung Rai Wirajaya, Anggota DPRD Kota Denpasar I Ketut Suteja Kumara, Perbekel Dauh Puri Kaja I Gusti Ketut Sucipta.

BACA JUGA:  100 Nelayan Muntig Siokan Ikuti Pelatihan Keselamatan di Pantai Sidakarya

Gusti Sucipta mengakui, dampak positi dari Sekolah Perempuan Srikandi telah dirasakan manfaatnya. Banyak ibu-ibu warganya telah berani berbicara, tampil di depan umum serta lebih aktif melaporkan peristiwa kekerasan di sekitar tempat tinggalnya.

Selain itu, warganya lebih cekatan menangani persoalan administrasi. “Misalnya ada warga yang belum punya jaminan sosial, atau kartu-kartu penting lainnya, maka anggota Sekolah Perempuan Srikandi bisa memfasilitasi itu,” kata Gusti Sucipta.

Dalam menyukseskan program pembangunan di wilayahnya, peran perempuan tidak bisa diabaikan. Sekolah Perempuan Srikandi merupakan bukti di era kepemimpinannya mengedepankan emansipasi. Perempuan punya hak dan kewajiban setara dengan laki-laki. Saat musyawarah pembangunan pun mereka dilibatkan sehingga tidak ada lagi kaum yang termarginalkan.

Senada, Anggota DPRD Kota Denpasar I Ketut Suteja Kumara, mengaku bangga dengan kehadiran Sekolah Perempuan Srikandi di desanya. Banyak perempuan yang awalnya kurang dilirik karena keterbatasan dari segi fisik, mental, pendidikan dan ekonomi, kini diberdayakan hingga berani tampil di depan publik.

Peran aktif kelompok perempuan yang diketua Radiah ini, diharapkan membantu menjaga kondusivitas Dauh Puri Kaja yang dikenal majemuk, dari segi suku, agama dan daerah. Peran para Srikandi-Srikandi dalam mengawasi lingkungan sangat berarti sebagai sumber informasi awal bagi pemerintah/aparat terkait.

“Prinsipnya kita ‘wellcome’ terhadap siapapun yang datang dan tinggal di Desa Dauh Puri Kaja karena kita sesama anak Indonesia. Asalkan yang bersangkutan taat pada aturan. Jika ada oknum yang berbuat onar, kita serahkan sepenuhnya pada hukum yang berlaku,” tegas Suteja.

BACA JUGA:  Dishub Denpasar Pastikan Keselamatan Angkutan Jelang Lebaran

Putu Tirta Dewi Mahyogi dari LSM Bali sruti sebagai pendamping sekolah perempuan menjelaskan bahwa, sekolah perempuan adalah organisasi perempuan desa yang beranggotakan perempuan marginal dan perempuan disabilitas, lansia kepala keluarga perempuan, dan para penyintas kekerasan.

“Dimaksudkan untuk bisa berdaya, bisa terlihat dalam pembangunan dan ikut menikmati hasil pembangunan. Kini Indonesia berusia 79 tahun. Sudah lansia ibarat manusia. Namun perempuan belum benar-benar merdeka. Masih banyak kasus kekerasan dan ketidak-adilan yang dialami perempuan. Untuk itulah Sekolah Perempuan Srikandi melakukan sosialisasi adanya pos pengaduan,” jelas Tirta Dewi.

Sebelumnya, seluruh anggota Sekolah Perempuan Srikandi dan LSM Bali Sruti melakukan Upacara Bendera di Kantor Perbekel, dilanjutkan dengan beraneka lomba menyemarakkan HUT ke-79 RI. “Perempuan maju Indonesia melaju,” pungkas Tirta Dewi. rl