

Manfaatkan Aplikasi untuk Pemantauan Muka Air Tanah Demi Keberlanjutan

DENPASAR, diaribali.com – Dialog Praktisi Berbicara yang diselenggrakan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Ngurah Rai (FST UNR) sebagai aksi nyata dalam pengelolaan air tanah. Diskusi ini juga merupakan side event dari World Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggrakan sejak 18 Mei hingga 25 Mei di Nusa Dua, Bali.
“Dialong Praktisi Berbicara : Monitoring Batas Air Tanah Menggunakan Telepon Genggam”, sebuah forum diskusi yang menekankan pada rentannya air tanah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga perlu dijaga secara bersama – sama.
Perwakilan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Dr. I Ketut Ariantana, ST., M.Si., menyampaikan, bahwa muka air tanah di Bali sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, keberlanjutan akan pengukuran muka air tanah sangat diperlukan bagi penyediaan data.
“Kalau berbicara kebetuhan air minum semakin lama semakin meningkat, sementara kemampuan pemerintah melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sangat terbatas. Sehingga harus beralih dengan pemanfaatan air tanah,” jelasnya, Jumat (24/5/2024) malam di lingkungan kampus UNR
Untuk itu, pemantauan fluktuasi muka air tanah menjadi penting karena menjadi data based indikator ketersediaan air tanah untuk dapat diketahui sudah mengalami penurunan atau tidak.
“Pemantauan muka air tanah bisa menggunakan aplikasi yang bisa dilakukan dengan mudah oleh masyarakat, karena data muka air tanah sangat berguna untuk memberikan masukan bagi para pengambil keputusan di pemerintahan terkait dengan pengelolaan air tanah,” imbuhnya.
Dekan FST UNR, Dr. Ir. Putu Doddy Heka Ardana, ST., MT., IPM., ASEAN Eng., menunjukkan data yang selama ini telah diukur di Denpasar. Hasil tren data tersebut menunjukkan, bahwa muka air tanah di Denpasar dapat berfluktuasi rata-rata hingga 1.65 meter – 2.65 meter.
“Hal ini didapat tahun lalu. Dengan adanya penurunan muka air di saat musim kemarau hingga 4.25 meter, dapat berdampak pada berkurangnya ketersediaan air tanah di Denpasar, lebih-lebih jika terjadi di musim kemarau yang berkepanjangan oleh karena adanya perubahan iklim,” jelas Doddy.
Untuk itu pihaknya dan juga stakeholder terkait lainnya merasa perlu menjaga keberlanjutan sumber daya air terutama sumber air tanah melalui pengukuran muka air tanah demi keberlanjutan.
“Dengan mengetahui sebarapa besar muka air tanah itu digunakan untuk manajemen air tanah, kapan air tanah dalam keadan baik, atau tidak baik itu berdasarkan atas ketinggian dari level muka air tanah tersebut,” jelas Doddy.
Doddy berharap dengan diskusi ini semua pihak dan kususnya masyarakat dapat ikut berperan serta dalam mengetahui level dari muka air tanah sekaligus menjaga keberlanjutan sumber daya air tanah.
Dari semua permasalahan yang ada bahwa pengukuran muka air tanah belum dapat dilanjutkan karena keterbatasan dana penelitian, Dr. Ir. K.E. Reza Pramana dari Water & Environment Div, I&P Indonesia hadir memberikan solusi dengan memanfaatkan teknologi yang mudah bagi masyarakat agar membantu dalam mengukur muka air tanah dengan menggunakan telepon genggam.
Alat ukur muka air tanah yang ditawarkan, berbasis aplikasi tidak berbayar dan dapat diunduh di Playstore dengan kata kunci Groundwater Global. Aplikasi tersebut mengukur muka air tanah dengan menggunakan suara speaker dan mikrofon telepon genggam.
“Hasil pengukuran muka air tanah akan didapat dalam hitungan detik, dikirim ke cloud, dan dapat mengukur hingga kedalaman maksimal 30 meter,” jelasnya.
Reza menambahkan, untuk mengukur muka air tanah di sumur-sumur masyarakat, hanya dibutuhkan pipa tambahan yang berdiameter kecil. Zor