Tumbangkan 45 Kompetitor, Siswi SMPN 12 Denpasar Juara I Nyurat Lontar dalam Ajang FBTI

FB_IMG_1724799250951
Dewa Ayu Putu Lestari Ariani juarai Nyurat Lontar dalam rangka Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Kota Denpasar 2024.

Denpasar diaribali.com

Dewa Ayu Putu Lestari Ariani, siswi kelas IX SMPN 12 Denpasar (Roras), berhasil menyabet juara I katagori lomba Nyurat Lontar di ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Kota Denpasar 2024 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar bertempat di SMPN 10, Dauh Puri Kaja, Denpasar.

FBTI 2024 merupakan kejuaraan bersejarah, bergengsi dan perdana digelar di Kota Denpasar yang melibatkan seluruh SMP negeri/swasta.

Siswi binaan I Gede Sweta Getas, S.Pd dan Ni Wayan Mariyati, S.Pd., tersebut, turun di kelas campuran yang diikut 46 putra-putri terbaik perwakilan sekolah se-Kota Denpasar.

Berkat ketekunan melahap porsi latihan sebelumnya, Lestari, sapaannya, sukses mendulang poin tertinggi, terbang jauh meninggalkan kompetitornya.

“Ini adalah ajang jati diri. Tidak mudah dan sangat ketat untuk bersaing. Mengingat peserta yang terlibat dalam ajang lomba FTBI adalah siswa-siswi yang berprestasi bidang nyurat lontar,” ungkap Lestari di sela kegiatan, Rabu (28/8/2024).

Lestari mengakui kegemarannya menulis aksara Bali telah tumbuh sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun, belum pernah meraih prestasi. Pengalaman ini menjadikan motivasinya untuk terus mengasah diri dibidang sastra.

Terbukti ketika duduk di sekolah menengah pertama tepatnya kelas 7 dirinya mampu menorehkan prestasi diajang porsenijar kota Denpasar tahun 2022 dalam seni menulis lontar. Ini adalah prestasi yang pertama kali diraihnya selama menekuni sastra Bali.

BACA JUGA:  Pilah Sampah Jadi Uang, Program KKN PMM Unwar di Desa Sedang, Badung Diminati Warga

Tidak terhenti sampai disana, Lestari juga ditunjuk dari Disdikpora Kota Denpasar sebagai duta Kota Denpasar ajang porsenijar provinsi dengan tekad dan kerja kerasnya berhasil meraup kemenangan dengan memperoleh juara 1 menulis lontar yang diikuti sembilan putri daerah terbaik.

Diajang bergengsi instansi besar di Bali baik kota maupun provinsi dirinya tidak pernah absen menjadi yang terbaik. Salah satunya juara 1 majalah dinding (mading) diselenggarakan dinas kebudayaan Kota Denpasar, juara 1 nyurat lontar Universitas  Pendidikan Nasional (undiknas), juara 1 nyurat lontar Hut SMK TI Bali Global Badung Se-Bali, Juara 1 nyurat lontar Instiki Bali se-Bali dan sebagai bintang kelas di sekolah tercintanya itu yaitu roras, begitu orang menyebutnya.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih dibina langsung mulai dari teknik, bentuk, uger-uger pasang aksara serta trik yang belum pernah saya dapatkan ketika masih duduk di SD,” kata Lestari.

Meski demikian, ia mengakui capaian ini adalah bukan semata dari dirinya sendiri. Melainkan, banyak pihak yang men-“support”, sehingga berada dititik ini, mulai dari teman sejawat, keluarga, sekolah serta yang paling utama adalah pembina yang selalu menuntun, mengkritisi serta menggembleng ketika pembinaan berlangsung.

“Astungkara, perolehan prestasi ini adalah atas dukungan semua pihak yang selalu memberikan semangat dan ruang untuk berkreasi dan kolaborasi. Saya akan terus mengasah diri dan mendalami bahasa, aksara dan sastra Bali menuju jenjang yang lebih tinggi,” pungkasnya.

BACA JUGA:  Reformasi Sistem, Dirjen PAUD Dasmen: Pendidikan Berkualitas Harus Menjangkau Semua Anak

Sweta Getas, guru pembina menerangkan bahwa Lestari tergolong anak yang aktif di sekolah. Sweta Getas melihat potensi besar dalam diri Lestari, dibuktikan dengan kemauannya mengembangkan diri.

“Lestari juga aktif mengikuti kegiatan  makidung, komputer, nyurat aksara sekaligus sebagai koordinator. Dia sangat mumpuni di bidang yang lain,” kata Sweta Getas.

Kepala SMPN 12 Denpasar Titik Farniati, S.Pd juga turut merasa bangga. Di tengah laju teknologi dan perkembangan bahasa asing, peserta didiknya tetap bersemangat melestarikan bahasa ibu.

“Kuasai bahasa asing, wajib bahasa Indonesia dan tetap lestarikan bahasa ibu. Jangan sampai punah,” kata Titik Farniati. (Get)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *