Dari Pisang Goreng, Perempuan Bali ini Sukses Buka Warung di Amsterdam

Made Masih (foto: Majalah Bali).

DENPASAR-DiariBali

Kontribusi perempuan tak bisa dipandang sebelah mata dalam perkembangan pariwisata Bali. Salah satunya, Made Masih. Perempuan kelahiran Kuta, Badung, tahun 1954 ini sukses mendirikan Made’s Warung sebagai penunjang akomodasi pariwisata.

Siapa sangka, Made’s Warung bermula dari warung kecil yang hanya menjajakan pisang goreng, kopi dan camilan lain untuk pengganjal perut turis usai berselancar di atas deru ombak Kuta. Tahun 1970-an, Kuta memang baru dikenal wisatawan.

Ketekunan dan pesona Made Masih memikat hati pria Belanda, Peter Steenbergen. Cinta keduanya terhalang restu orangtua. Meski akhirnya hati orangtua Made Masih luluh. Pernikahan dua insan beda benua itu digelar 1974.

Setelah resmi menyandang status suami-istri, keduanya tinggal di Bali dan berkomitmen mengembangkan warung kecilnya. Benar saja, warung itu berkembang dengan pesat layaknya restoran mewah dengan branding Made’s Warung.

“Made’s Warung menjadi ikon pariwisata Bali di bidang kuliner. Artinya, banyak wisatawan yang merasa belum ke Bali jika belum makan di Made’s Warung,” jelas I Nyoman Darma Putra, dalam buku “Haluan dan Halangan Kesetaraan Gender di Bali.

Made’s Warung Kuta kewalahan meladeni tamu. Akhirnya pemilik membuka cabang di Seminyak, Benoa, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan di Kota Amsterdam, Belanda, negara asal suaminya.

“Cabang di Bandara Ngurah Rai dikhususkan bagi wisatawan yang tidak sempat makan langsung di tempatnya,” imbuh akademisi Universitas Udayana tersebut.

Made’s Warung cabang Amsterdam juga tak kalah bersinar. Berlokasi di dekat Museum Van Gogh, warung yang dikenal dengan ‘Balinees Eten’ itu didesain dengan konsep ‘style’ Bali hasil perombakan total dari bekas restoran Chinese.

Made’s Warung cabang Amsterdam dikelola oleh keponakan Peter yang telah dilatih mengelola menu dan manajemen Made’s Warung di Bali. (ZOR)