PKM Unwar Bersama Pemandu Pariwisata di Desa Tenganan Dauh Tukad, Manggis, Karangasem.

PKM Unwar Berikan Kursus Singkat Bahasa Inggris di Tenganan Dauh Tukad

Bagikan

“Universitas Warmadewa (Unwar) terus melakukan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya dengan melakukan program
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang menyasar ke berbagai desa lintas sektor demi mewujudkan kesejahateraan masyarakat dan membatu mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan berbagai kegiatan”

AMLAPURA- DiariBali
Desa Tenganan Dauh Tukad merupakan desa terpencil terletak di Wilayah Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Desa ini secara alami tumbuh menjadi obyek kunjungan wisata, banyak dikunjungi wisatawan. Hal itu tampak dimulai sejak dibukanya jalan mobil menuju desa tersebut sekitar tahun 1980-an.

Sejak dikenal dan banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun asing, banyak warga yang menggatungkan diri dibidang pariwisata seperti membuka artshop maupun menjadi pemandu wisatawan.

Memiliki kemampuan berbahasa inggris yang minim atau seadanya, menjadi kendala masyarakat atau pemandu wisata dalam memandu wisatawan-wisatawan yang datang sehingga sering terjadi permasalahan kecil dalam berkomunikasi terkait apa yang ingin diketahui wisatawan terkait keunikan adat dan budaya yang ada di Desa Tenaganan Dauh Tukad tersebut.

Beranjak dari sini, Universitas Warmadewa (Unwar) ingin memberikan pengetahuan tentang berbahasa melalui kursus berbahasa inggris yang dibalut dengan program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

PKM ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Lembaga PKM.
Dalam PKM kali ini diketuai oleh Dra. Ni Nyoman Kertiasih, S.S., M.Hum, dengan melibatkan mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Warmadewa.

Kertiasih menuturkan, pada awalnya para pemuda desa juga mencoba membentuk semacam kelompok pemandu wisata desa yang dapat memberikan petunjuk, penjelasan seperlunya mengenai budaya, dan tradisi masyarakat, dengan Bahasa asing (Inggris) sebisanya.

“Mereka tidak terdidik menjadi pemandu wisata. Para pemandu wisata lokal inipun mendapat upah pelayanan, apabila tamu itu berbelanja di arshop keluarga itu. Keadaan ini membawa dampak positif kepada kehidupan masyarakat secara keseluruhan,” jelasnya disela kegiatan PKM Sabtu (19/6).

Kertiasih menyebut, sejak munculnya pandemi Covid-19 yang menimpa dunia, kunjungan wisatawan terputus, maka kehidupan masyarakat pun kelimpungan, menjadi tidak berdaya.
Atas dasar keadaan tersebut di atas, maka kegiatan dalam bentuk PKM ini dilakukan dengan maksud, tujuan dapat menggali dan memberdayakan potensi masyarakat dalam kaitan dengan pariwisata.

Dia mengaku, langkah-langkah yang dilakukan dalam pengabdian ini terdiri atas dua pokok kegiatan, yakni: Pertama, Menggali, mencari tahu tentang potensi wisata dari Desa Tenganan Dauh Tukad, dengan terjun ke lapangan. Kedua, Memberi petunjuk mengenai potensi itu, pemberdayaannya, ditambah dengan memberikan pelajaran (kursus) singkat Bahasa Inggris kepada Kelompok Pemandu Desa Tenganan Dauh Tukad.

Program nyata yang diberikan dalam PKM tersebut secara langsung memberikan pengabdian terkait pengajaran bahasa Inggris berbasis budaya tidak hanya diberikan kepada pemandu wisata lokal saja, namun juga diberikan kepada Sekaa Teruna di desa tersebut.

“Kami harapkan, setelah program ini selesai, masyarakat desa Tenaganan Dauh Tukad mampu mengelola potensi-potensi desa yang ada dan mamnu berkomunikasi dengan baik dan benar kepada wisatawan sehingga wisatawan dapat menangkap pengetahuan maupun informasi yang mereka inginkan langsung dari sumbernya yang valid,” pungkas Kertiasih mengakhiri. (TIM)