Perang Tak Hanya Soal Angkat Senjata. Ini yang Dilakukan PPM
BADUNG, DiariBali
Generasi muda bangsa harus memahami, meskipun Indonesia telah merdeka tahun 1945 silam, bukan berarti generasi berikutnya berhenti berjuang. Para penjajah terus mengancam. Hanya saja, tidak berbentuk fisik.
Penjajah model baru yang harus diperangi misalnya; dampak negatif teknologi, penyalahgunaan narkoba, kemiskinan, kebodohan, serta ancaman kelaparan. Untuk itu, Pemuda Panca Marga (PPM) sangat komit membangun ketahanan pangan nasional melalui program kerja yang dirancang.
Bahkan, Bali diproyeksikan menjadi laboratorium percontohan program ketahanan pangan milik PPM. Demikian terungkap saat Ketua Umum PPM Samsudin Siregar, didampingi Ketua PPM Bidang Pemberdayaan Wanita dan Ekonomi Anna Tarigan, Sekretaris Jendral Yayasan IFAC (Indonesia Food and Agriculture Council), Seno Cahyadi., Ketua DPD PPM Bali I Made Gede Putra Wijaya, dan jajaran berkunjung ke Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), Badung, akhir pekan lalu.
Samsudin, menegaskan, ketahanan pangan jangan dianggap masalah sepele, meningat 30 tahun kedepan nanti pangan akan menjadi kendala dunia, termasuk bagi Indonesia sehingga harus disiapkan mulai saat ini.
“Kalau nanti, hal itu (kelangkaan pangan) terjadi, maka kita harus sudah siap masalah pangan yang merupakan masalah primer. Ini mulai kita kembangkan secara nasional dengan dijadikannya Pulau Bali yang merupakan gerbang dunia sebagai daerah percontohan dalam membangun pertanian Indonesia yang tangguh.
Program ini merupakan kelanjutan dari kesepakatan kerjasama antara DPP Pemuda Panca Marga dengan Indonesia Food & Agriculture Council (IFAC),” terangnya.
Anna Tarigan, menambahkan, program ekonomi lintas agama bertajuk “Cahaya Pangan Indonesia” telah sukses diuji coba di Jakarta, berbasis tempat ibadah. Selain melayani kebutuhan pokok jamaah tempat ibadah secara langsung, outlet Cahaya Pangan Indonesia merupakan Community Trade Center yang juga dapat diakses secara online melalui mobile apps PesanSembako. “Kami mempunyai berbagai produk dengan harga lebih terjangkau,” terangnya.
Dengan sistem tersebut, ia yakin akan menghasilkan produk pertanian yang lebih baik dan berkualitas lebih baik serta dengan kapasitas hasil yang berlipat. “Kami juga siap untuk membeli dan menyalurkan hasil panennya. Program Ketahanan Pangan ini merupakan upaya rintisan kesiapan potensi krisis pangan, sekaligus memperluas akses pasar bagi produk pangan baik dari produsen manufaktur, petani dan UMKM hasil bumi yang dapat diakses dengan harga grosir yang relatif stabil,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Prof. Dr. I Wayan Windia, SU., mengapresiasi langkah PPM yang menurutnya memiliki program dan kegiatan yang prospektif dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. “Masalah pangan adalah masalah urgent, dan memerlukan keperpihakan pemerintah,” katanya.
Menurutnya saat ini pemerintah dengan mengimpor berbagai produk hasil pertanian sudah tentu akan merugikan petani sehingga diperlukan keberpihakan pemerintah untuk petani bukan kepada pelaku usahanya (importir, red),” jelas Windia.
Ketua DPD PPM Bali I Made Gede Putra Wijaya, mengungkapkan rasa bangga dengan kinerja Ketum Samsudin Siregar (Samsir), dengan program gemilangnya terkait penguatan pangan, Sembako digital, kesehatan transport daring dan lain sebagainya. Terlebih menjadikan Bali sebagai objek percontohan program-program tersebut. “Tentu ini akan menjadi dampak yang baik untuk pertanian kita kedepan, bukan saja baik bagi PPM namun juga baik untuk masyarakat umum,” ujarnya. (BAZ)