Cerita Umi, Eks Buruh Proyek yang Berubah Jadi Kupu-Kupu Malam

DENPASAR, diaribali.com – Kapalan-kapalan tebal di telapak tangan, ditambah kulitnya yang legam bakas terbakar matahari, cukup membuktikan bahwa Umi (bukan nama sebenarnya), memang benar mantan buruh proyek.
Umi selalu menceritakan masa lalunya kepada setiap tamu yang datang. Untuk menambah keyakinan si tamu, Umi kerap membuka galeri foto di telepon pintarnya.
“Ini mas, waktu aku kerjain proyek di Seminyak. Ini di Kuta. Ini Ubud, Gianyar dan tempat lain,” begitu Umi merinci kepada tamunya.
Tentu saja, cerita itu dilontarkan usai tamunya puas melampiaskan nafsu birahi. Menindih tubuh mungil Umi di salah satu kamar lokalisasi tertua di Kota Denpasar.
Umi mengaku terjun ke dunia ‘perlendiran’ sejak setahun lalu. Wanita 45 tahun yang mengaku dari Jawa Timur ini, awalnya ditawari pekerjaan yang lebih menjanjikan oleh seorang perempuan yang bertemu di sebuah proyek bangunan di Ubud.
“Dia bilang kasihan melihat saya kerja di proyek. Panas-panasan, cuma dapat Rp 70-100 ribu per hari,” kata Umi, belum lama ini.
Umi pun menyanggupi. Umi disuruh bersolek dan memakai rok mini di atas lutut. Sesampai di parkiran lokalisasi, Umi ditinggal oleh perempuan tadi. Sejurus kemudian, lelaki hidung belang mendekatinya seraya menanyakan tarif sekali kencan.
Umi yang lugu dan tak lulus SD pun merasa kaget. Sontak ia memaki lelaki itu. Ia pun lari ketakutan. Seketika pula ia mencari tempat kost dekat lokalisasi. Umi menelpon perempuan itu, barulah ia mendapatkan jawaban jelas, bahwa tawaran pekerjaan dimaksud adalah menjadi seorang pekerja seks komersial.
Janda dua anak itu pun meminta waktu berpikir satu hari. Balik ke proyek bukanlah keputusan bijak. Kerja di perkantoran tidak ada ijazah. Menjadi PSK pada akhirnya pilihan realistis, meski bukan terbaik.
Umi kembali mengingat peristiwa semalam. “Saya yang tidak cantik dan berumur saja, ada tamu yang tertarik. Coba aja ah,” kata Umi mengenang.
Benar saja. Esoknya, Umi yang telah berubah wujud menjadi “kupu-kupu malam”, berhasil memikat 15 pria, dengan tarif Rp100 ribu pertamu.
“Hari pertama aku dapat 15 tamu. Totalnya Rp1,5 juta. Dipotong sewa kamar, kondom dan keamanan 40 persen. Jadi bersihnya aku dapat Rp800 ribuan lah,” jelas Umi.
Umi pun larut dalam profesi barunya. Tidak perlu kerja keras, duitnya lumayan. Soal dosa, ia pikir belakangan. Tapi Umi benar-benar mengantisipasi risiko bergonta-ganti pasangan dengan rutin memeriksakan diri tiga minggu sekali.
Setahun menjadi PSK, Umi merasakan betul ketatnya persaingan. Puluhan wanita muda dan cantik berdatangan menjadi kompetitornya. Alam siap memberlakukan hukumnya. Para tamu, tentu menginginkan wanita muda nan catik.
Tak mau kalah, Umi punya strategi. Ia membaca kelemahan-kelemahan kompetitornya. Bukan dengan menurunkan tarif, karena hal ini sangat dilarang oleh para “Mami”.
Umi tahu, biasanya kompetitor yang cantik dan muda itu suka jual mahal. Kurang ramah pada tamu dan meminta tamu cepat-cepat.
Celah-celah inilah yang dimaksimalkan Umi. Kepada setiap tamunya, Umi menunjukkan keramahan. “Setiap tamu saya suruh santai. Enggak usah buru-buru,” kata Umi sembari memberikan nomor telepon kepada setiap tamunya. (redaksi)
*Artikel ini ditulis berdasarkan fakta lapangan. Tidak bermaksud memberikan insipirasi bagi siapapun untuk terjun ke dunia esek-esek. Mari jaga orang terdekat kita agar tidak terjerumus.