Umar Ibnu Alkhatab dengan buku otobiografinya

Tinggal Indekos Selama 10 Tahun Menjabat Kepala Ombudsman RI Provinsi Bali

Bagikan

DENPASAR, diaribali.com-Menjabat sebagai Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Provinsi Bali membuat Umar Ibnu Alkhatab begitu mudah berkomunikasi dengan pejabat-pejabat strategis, seperti gubernur, bupati/walikota, legislator, kepala dinas higga pimpinan instansi vertikal.

Posisinya yang oleh negara diberikan kewenangan dalam fungsi kontrol lembaga pelayanan publik di Pulau Dewata memungkinkan Umar Alkhatab memanfaatkan jabatan demi kepentingan pribadinya.

Kedekatan Umar Alkhatab terekam jelas pada buku otobiografinya “Kisah Seorang Pionir; 10 Tahun Memandu Ombudsman Bali”. Puluhan lembar halaman memampang foto dirinya saat berkegiatan dengan ratusan pejabat penting, sipil mau pun militer. Tak terhitung jumlahnya.

Siapa sangka, di balik jabatan strategisnya itu, Umar Alkhatab ternyata tinggal indekos sejak kali pertama menjabat Kepala ORI Bali tahun 2012 silam. “Selama sepuluh tahun, saya pindah dua kali tempat kost. Terakhir di Jalan Gatot Subroto Tengah,” kata Umar Alkhatab ditemui di Denpasar, belum lama ini.

Kamar kostnya pun tidak termasuk mewah. Hanya Rp 750 ribu perbulan. Terkadang jika anak-anaknya ke Denpasar, Umar tidur berjejer bak ikan pindang. Namun dia mengaku di sanalah letak kebahagiaannya; kumpul bersama istri dan para buah hati tercinta.

Awalnya, Umar Alkhatab mengaku tetangga kostnya yang berasal dari profesi beragam, seperti tukang las, tukang sol hingga karyawan swasta tidak mengetahui dirinya Kepala ORI. Misteri itu terpecahkan setelah tetangga kostnya menunjukkan sebuah koran yang memuat foto dirinya.

“Barulah mereka sadar kalau saya Kepala ORI. Mereka mulai minta bantuan ini-itu jika ada kendala pelayanan publik. Ya saya bantu sewajarnya. Hanya bantu mengkomunikasikan,” kenangnya.

Terselip pertanyaan menggelitik, apakah gaji dan tunjangan sebagai Kepala ORI di daerah tidak cukup membeli hunian meski sederhana?

Umar Alkhatab dengan tegas membantahnya. Memiliki rumah sendiri di Bali tentu menjadi mimpinya. Namun bukan prioritas. Ia mengaku gaji dan tunjangan yang ia terima cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Prioritas saya untuk biaya kuliah anak-anak, membantu keluarga dan tetangga-tetangga di kampung juga yang butuh bantuan. Masa sih kita hidup hanya mikirin diri sendiri,” ujar pria asal Lembata, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut.

Beberapa pejabat, kata Umar Alkhatab, pernah ingin berkunjung ke kediamannya, namun dengan cepat dia menjawab agar pertemuan dilakukan di kantor. Sehingga, sampai ia pensiun 21 Juni 2022 lalu, tidak ada pejabat yang tahu kalau selama ini dia tinggal indekos.

Menjelang pensiun, masih kata Umar Alkhatab, ia dan istri menghitung saldo tabungan. Jumlahnya sekira Rp 150 juta. Tentu relatif kecil bagi pejabat sekaliber Kepala ORI.

Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Melalui rekan kerjanya di ORI, ia dihubungkan ke pengembang perumahan. Setelah pensiun Umar Alkhatab memang berniat membeli hunian sebagai kenang-kenangan selama tugas di Bali.

Pengembang itu memberikannya keringanan khusus. Harga rumah Rp 350 juta bisa dibayar 150 juta. Sisanya bakal diselesaikan dua tahun ke depan tanpa bunga sepeser pun. Dan, akhirnya Umar Alkhatab dan keluarga punya rumah sendiri di Sanggulan, Tabanan.

Disinggung aktivitasnya pascapensiun, Umar Alkhatab mengaku beristirahat sementara waktu sambil menikmati manisnya liburan. Yang jelas, dia memastikan tidak mengidap penyakit “post power sindrome” karena terbiasa hidup sederhana. Tidak ada yang kekal di dunia ini termasuk jabatan.

Pola kesederhanaan hidup telah terpahat kuat dalam jiwanya, bahkan telah mendarah daging dari orangtuanya. “Saya sudah pamitan ke Pak Gubernur (Bali). Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya masyarakat Bali yang sangat baik. Mohon maaf jika ada kesalahan selama saya menjabat Kepala ORI Bali,” tutup Umar Alkhatab. TUM