Polkesden Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia di Era New Normal
TABANAN-DiariBali
Perkembangan virus Sars-CoV2 atau dikenal luas dengan Corona Virus Disease-19 (COVID-19) telah menghancurkan setiap tatanan kehidupan manusia. Hampir dua tahun terakhir, virus tersebut berkembang dengan cepat di Indonesia, dan Bali pada khususnya, meski dalam sebulan terakhir telah melandai.
Pada akhir Mei 2020 lalu, muncul istilah “The New Normal”. New normal ialah perubahan budaya dengan bertindak produktif seperti hari biasanya, namun tetap memastikan aman dari penularan virus corona dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.
Selain itu, new normal ini bukanlah sebuah euphoria akan kebebasan dengan mengabaikan protokol kesehatan. Pemberlakukan new normal ini untuk mengatasi krisis dari berbagai aspek seperti krisis ekonomi selama pandemik yang menyebabkan lemahnya perekonomian masyarakat.
Masyarakat kelompok lanjut usia (lansia) memerlukan perhatian khusus sebagai kelompok berisiko tertular Covid-19. Karenanya Tim Pengabdi dari Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar (Polkesden) merasa terpanggil meningkatkan derajat kesehatan lansia di Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (Pengabmas). Pengabmas yang digelar dari 20 Juni hingga 30 Oktober 2021 ini diketuai oleh Drs. I Wayan Mustika, S.Kep., Ns. M.Kes dan anggota Dr. Agus Sri Lestari, S.Kep., M.Erg.
Dikonfirmasi di Denpasar, rabu (24/11) Mustika mengungkapkan, berdasarkan hasil kajian terhadap 20 orang lansia di Desa Megati sebagian besar menyatakan bahwa belum mampu mengikuti adaptasi kehidupan baru, seperti: tidak suka menggunkan masker, belum jaga jarak dalam kegiatan keagamaan, tidak memiliki hand sanitizer, tidak pernah olah raga, makan seadanya. Dan belum mampu menghilangkan kebiasaan buruk seperti: belum mampu berhenti merokok, seringnya ngopi seperti minum air, masih suka mengkonsumsi daging babi.
Menurutnya, masyarakat lansia belum mengerti menjalani tatanan kehidupan baru. Menariknya, Bali termasuk Propinsi yang memiliki jumlah lansia yang tinggi yakni 10,75 %. Jumlah penduduk lansia yang meningkat akan menimbulkan tantangan baru.
Risiko tertular Covid-19 lebih tinggi dengan remaja. Faktor risiko yang menyebabkan penyakit tidak menular di Bali terutama dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti: stress, depresi, dan kesepian. Ada juga faktor lain yaitu gaya hidup yang tidak sehat.
“Jadi langkah kami, pertama mengevaluasi prilaku masyarakat Desa Megati dalam new normal, menurunkan mortality lansia akibat penyakit tidak menular, menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, sesuai dengan tujuan SDGs, meningkatkan mutu pembinaan oleh kader, meningkatkan kesadaran lansia untuk menjaga kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual,” kata Mustika.
“Kemudian dijadikan landasan bagi pemangku kebijakan dan pengelola pelayanan kesehatan dalam mengembangkan berbagai intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan penyakit tidak menular di rumah melalui pemberdayaan kader lansia pada Era New Normal,” itulah urgensi dari pegabdian kami,” sambung Mustika.
Program ini dilaksanakan dengan tujuan; terlaksananya pelatihan kader lansia sebagai salah satu pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid– 19 pada Era New Normal, tersusunnya Pedoman Protokol Kesehatan untuk lansia menghadapi pandemic COVID – 19 pada Era New Normal.
Lalu, terselenggaranya pemeriksaan fisik lansia meliputi: tekanan darah, berat badan dan tinggi badan untuk mendapatkan Indek massa tubuh (IMT), terselenggaranya pemeriksaan lab sederhana: Gula darah, dan kadar kolestrol, pada lansia, serta mengetahui Tingkat Depresi Lansia dengan adanya pandemic COVID-19 pada Era New Normal.
Setelah mengidentifikasi persoalan, Mustika dan tim menyorodkan sejumlah solusi, antara lain, melaksanakan pelatihan kader lansia sebagai salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat agar kader mampu membantu mengatasi masalah penyakit tidak menular dalam menghadapi pandemi Covid– 19 pada Era New Normal, menyelenggarakan pemeriksaan fisik yaitu pengukuran tekanan darah, untuk mengetahui hipertensi, pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menghitung Indek massa tubuh para lansia, dan pemeriksaan lab sederhana: gula darah, asam urat dan kolestrol. TUM