Modal Nekad, Pria Lulusan SD Berhasil Memilki Garmen
“Komang Sudiasa, pada tahun 2008 mendirikan UD. Bali Kaos dengan bermodalkan keahlian menjarit dan hanya memilki satu mesin jahit. Saat ini dalam sebulan, Sudiasa mampu membuat tiga ribu sampai empat ribu potong baju. Ia mampu menghasilkan pendapatan yang sangat menggiurkan.”
DENPASAR-DiariBali
Membangun usaha tak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan tekad dan komitmen yang kuat dalam membangun usaha. Faktor pendidikan formal memang penting, tapi tidak sepenuhnya menjamin kesuksesan dalam berwirausaha.
Buktinya, Komang Sudiasa. Pria asal Grokgak, Buleleng ini telah berhasil membangun usaha garmen di Jalan Antasura, Gg Dewi Ratih No. 99. Padahal bapak dua anak ini hanya berbekal pendidikan SD.
Berawal dari keinginan merubah kehidupan yang serba kekurangan di kampungnya, Sudiasa nekad merantau ke Kota Denpasar. Setibanya di Denpasar, ia bekerja di sebuah garmen sesuai keahlian yang dimilikinya yakni menjahit.
“Sebenarnya niat saya, melajutkan sekolah cukup tinggi, tapi terkendala biaya apa boleh buat. Akhirnya saya memilih merantau,” kata Sudiasa, dikonfirmasi di Denpasar, Selasa (8/6/2021).
Lebih lanjut, ia menceritakan awal berdirinya garmen yang diberi nama UD Bali Kaos. Setelah bertahun-tahun menjadi buruh, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dibantu sang istri sejak menikah tahun 2000 silam.
Pada 2008 dengan bermodalkan satu mesin jarit, Sudiasa tekun dalam menjalankan bisnis yang ia ristis. Orderan pertamanya hanya berasal dari lingkungan perumahan saja.”Awalnya saya hanya mempunyai satu mesin jahit dan menerima orderan untuk membuat baju pribadi” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, ia mampu membeli mesin tambahan yang sekiranya cukup untuk membuat orderan hingga mencapai ribuan. Dalam sebulan, Sudiasa mampu membuat orderan sebanyak tiga ribu sampai empat ribu potong pakaian.
Dengan orderan yang begitu banyak ia mampu menghasilkan omzet yang sangat menggiurkan. Sekitar enam puluh juta rupiah bisa diraupnya dalam waktu sebulan. Tapi pandemi ini penurunan omzet pun dirasakan garmen Bali Kaos, sekitar tujuh puluh persen omzetnya menurun.
Masa pandemi membuat Sudiasa harus bertahan di tengah perekonomian yang sulit. Cara yang dilakukannya, dengan mengambil pakaian service dan jaritan pribadi.”Sekarang juga mengambil orderan pakaian service dan jaritan pribadi” tuturnya.(LIN)