


Lampu Merah Berhadiah Nasi Bungkus

“Aksi sosial, peduli terhadap pedagang nasi jinggo (nasi bungkus daun pisang) yang memiliki waktu minim untuk berjualan hingga jam 8 malam menuai keprihatinan oleh sosok pria dermawan yang rutin memborong nasi pedagang untuk dibagikan kepada masyarakat di beberapa titik traffic light di Kota Denpasar saat Pandemi Covid-19, terlebih saat berlaku PPKM Darurat”
DENPASAR-DiariBali
Wajahnya memang sangar. Goresan tato memenuhi tubuhnya bak lumut menutup tempat lembab. Namun siapa sangka, di balik kesangarannya itu, Nang Etonk punya jiwa humanis tinggi.
Kepedulian terhadap pedagang dan masyarakat di tengah dilanda pandemi Covid-19, bak dua mata pisau. Di mana aksi sosial yang dilakukan dalam masa sulit ini sangat membatu bagi pedagang nasi bungkus, begitu pula masyarakat yang diberikan nasi bungkus akan sangat berarti sesuap nasi saat seperti sekarang.

Walaupun harga sebungkus nasi tak seberapa harganya, namun akan mahal nilainya terhadap rasa kepedulian, mau berbagi, dan membantu terhadap sesama yang tak kenal lelah dilakukan tanpa ada tujuan politis maupun tekanan.
Seperti yang dilakukan pria yang bernama lengkap Putu Agus Adi Putra, mengatakan, menamakan gerakan ini sebagai gerakan “Rasia Perut Lapar” yang berlaku saat pandemi ini meluluh lantakkan perekonomian di Pulau Dewata.
Etonk sapaan pria asal Denpasar ini mengaku konsisten melakukan gerakan ini sejak awal pandemi hingga sekarang. Memiliki konsep saling mensuport kuliner Bali saat masa sulit ini agar tetap mampu bertahan.
Ditemui disela-sela membagikan nasi bungkus, Senin (12/7) tepat di traffic light, simpang Catur Muka Denpasar, dirinya mengaku membagikan nasi bungkus saat ini sebanyak 95 bungkus, di dua titik traffic light seputaran Denpasar.
Pemberian nasi bungkus ini tidak ada sasaran khusus yang dituju. Ia membagikan kepada setiap orang yang berhenti setiap lampu traffic light menyala merah. Dirinya bersama relawan berpencar membagikan nasi menawarkan kepada setiap pengendara baik mobil maupun sepeda motor.
Tak sedikit pengendara yang menerima tawaran nasi bungkus pria pemilik Warung Nang Etonk ini untuk dibawa ke rumah. Begitu pula saat petugas mobil petugas DLHK yang melintas dengan gercep dia memberikan dengan jumlah yang lebih banyak.
“Saya sejak awal pandemi sudah melakukan gerakan ini, bukan saat PPKM Darurat saja. Saya tak ada sasaran khusus memberikan nasi, saya berikan setiap orang yang mau,” akunya.
Tak terhitung berapa bungkus nasi sudah diborongnya sejak pandemi ini
yang berlangsung sudah hampir
satu setengah tahun lamanya. Namun kobaran api semangat dan jiwa sosialnya tak pernah redup bersama beberapa relawan yang selalu menemani dirinya.
Etonk mengungkapkan, selain merogoh kantong pribadinya, dirinya didukung pula donatur yang memiliki kepedulian yang sama untuk berbagi saat pandemi ini.
“Selain uang kantong sendiri, ada juga donatur yang selalu mensuport kegiatan saya dan memiliki kepadulian yang sama,” tuturnya.
Tak butuh waktu lama, kurang dari satu jam puluhan nasi yang ia bagikan ludes tersalurkan.
Dalam aksi ini, masih kata Etonk, tak ingin memperoleh imbalan apapun dari siapapun. Hanya sekedar menjalankan misinya untuk membantu pedagang kuliner malam di tengah berlakunya PPKM Darurat, di mana keterbatasan waktu berjualan membuat rejeku yang diperoleh akan merosot.
“Saya kasian dengan waktu yang terbatas terhadap pedagang. Daripada nasinya ga laku mending saya beli agar cepat habis. Saya beli nasi bungkus pedagang di Denpasar,” Etonk memungkasi. (GET)