Tempuh Jalur Niskala, Puri Mengwi Gelar Tawur Tulak Tunggul
MANGUPURA-DiariBali
Puri Ageng Mengwi menempuh jalur niskala dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Pulau Dewata Bali. Bersama Mangu Kertha Mandala Kecamatan Mengwi, menggelar tawur Tulak Tunggul di Madya Mandala Pura Taman Ayun, Mengwi Badung, Senin (6/9).
Secara umum, ritual ini digelar untuk memohon atau Ngrastiti Jagat agar selamat dan pandemi Covid-19 segera berakhir. Tawur ini merupkakan kali pertama digelar untuk mengatasi marana.
Upacara ini digagas, setelah sebelumnya panglingsir Puri Ageng Mengwi bersama Mangu Kertha Mandala atau Bendesa se-Kecamatan Mengwi menggelar paruman (rapat) dan disepakatilah untuk menggelar Tawur ini yang berdasarkan sastra dan atas petunujuk Sulinggih.
Upacara dipuput oleh Sulinggih Siwa-Buda. Pedanda Siwa , Ida Pedanda Made Pemaron, dari Grya Pamaron, Munggu dan Pedanda Buda, Ida Pedanda Gde Ketut Oka Dwipayana dari Grya Kangin Wana Sari, Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Ketua Mangu Kertha Mandala, Made Widiada mengungkapkan, terselenggaranya upacara Tawur Tulak Tunggul ini atas sinergitas antara Panglingsir Puri Ageng Mengwi sebagai pokok dengan Mangu Kertha Mandala dengan semangat gotog royong dan memohon agar pandemi ini segera berakhir.
“Kami dari Mangu Kertha Mandala melakukan sinergitas dengan Puri Ageng Mengwi. Kami yang terdiri dari 38 desa sepakat untuk menggelar tawur ini. Dengan semangat gotong royong kami ngayah danmelengkapi kekurangan- kekurangan melalui ayah-ayahan” ungkapnya.
Widiada menjelaskan, dalam upakara Tawur Tulak Tungul ini menggunakan sarana bebek dan itik, serta banten Rsi Gana, Bebangkit Plegembal. “dalam persiapan Tawur ini dipersiapkan di Puri Mengwi dengan waktu persiapan sekitar satu minggu,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Panglingsir Puri Ageng Mengwi, AA Gde Agung mengatakan, dilaksanakannya tawur Tulak Tunggul ini bertujuan untuk ‘Ngrastiti Jagat’ atau memohon keselamatan dari mala bahaya atau pandemi segera berakhir. Dengan menggelar tawur ini pihaknya berharap agar pandemi ini sedikit memakan korban dan tingkat kesembuhan masyarakat semakin meningkat.
Gde Agung yang juga Anggota DPD dapil Bali ini menambahkan rangkaian Tawur ini berdasarkan sastra dan mendapat petunjuk dan restu dari Sulinggih. Tawur ini bukan sekedar memohon keselamatan untuk warga Mengwi saja. Namun, untuk masyarakat Bali secara keseluruhan. Hanya saja pelaksanaannya hanya dipusatkan di Madya Mandala Pura Taman Ayun, Mengwi Badung.
“Tujuan dari Tawur ini tiada lain untuk ngrastiti jagat dan dipuput ida Pedanda Siwa-Buda. Tawur ini terselenggara juga didukung Mangu Kertha Mandala, Kecamatan Mengwi. Dan didukung juga pengayah dan pregina dengan semangat gotong royong,” imbuh mantan Bupati Badung dua Periode ini disela kegitan berlangsung.
Kata Gde agung, usai Tawur ini, akan dilanjutkan dengan nganyut ke segara Seseh dan mulang pakelem berupa itik hitam di laut. Tak hanya itu, rentetan Tawur ini juga dilangsungkan dengan menancapakan Tunggul manca warna dari sarana tawur ini di perbatasan kecamatan Mengwi sesuai arah mata angin. Tunggul merah di tancapkan di Pantai Seseh, Putih di perbatasan Penarungan, tunggu hitam di utara perbatasan Balangan dan Tunggul Kuning ditancapkan di perbatasan di Bajra, dan di tengah berwarna Brumbun.
Yang tidak kalah penting, Lanjut Gde Agung, Tawur ini diselenggarakan didasari atas menghaturkan guru piduka, yang berarti untuk memon maaf atas kesalahan atau tingkah laku sebelumnya yang kurang tepat dalam kehidupan ini. Ini sebagai jalan untuk introspeksi diri atau mulat sarira. Karena tanpa kita sadari kita telah melakukan kesalahan atas perbuatan dan tingkah laku selama ini.
“Tujuan secara umum digelar upacara ini disamping ngrastitiang jagat yaitu memohon agar kita dalam kidupan mendapat Rahajeng, Rahayu, lan Sukerta. Secara Khuus berkenaan engan mrana pandemi covid-19 memohon pandemi bisa menghilang atas permohonan doa melalui upakara ini kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” kata Gde Agung memungkasi.
Tampil sebagai iringan upakara Tawur ini seniman yaitu dari Sanggar Slonding Mangu Samcaya yang didirikan Puri Ageng Mengwi, Wayang lemah dari Bendesa Gulingan , Memutru (pembacaan kitab suci lontar) dan pregina topeng sidakarya.
(Tim)