

Siswa SD Diajari Cara Membuat Perangkap Nyamuk

DENPASAR-DiariBali
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. Penyakit DBD dapat menyerang semua golongan umur dan infeksi virus dengue bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti (Sukohar, 2014).
Mengutip data Dinas Kesehatan Kota Denpasar (2019), kasus DBD di Kota Denpasar dalam 3 tahun terakhir selalu ada dan menjadi masalah utama dalam kesehatan masyakarat yang dapat berujung dengan kematian. Tahun 2017 terdapat 928 kasus, 2018 terdapat 113 kasus, dan Januari-Juli di tahun 2019 terdapat 1.211 kasus. Tercatat pada tahun 2018 kasus DBD di Kota Denpasar mengalami penurunan dan pada Januari-Juli, di tahun 2019 kasus DBD di Kota Denpasar meningkat tajam.

Jumlah kasus yang paling banyak dari tahun 2017-2019 terjadi pada Mei tahun 2019 dengan jumlah 313 kasus, sedangkan jumlah kasus yang paling sedikit dari tahun 2017-2019 terjadi pada Mei tahun 2018 dengan jumlah 2 kasus.
Dari sisi fasilitas layanan kesehatan, Denpasar memiliki 11 Puskesmas yang tersebar di empat kecamatan, salah satunya Denpasar Selatan dengan kasus DBD tertinggi pada Januari-Juli di tahun 2019 dengan jumlah 391 kasus dan terendah Denpasar Timur dengan kasus DBD tertinggi pada Januari-Juli di tahun 2019 dengan jumlah 128 kasus.
Suatu wilayah pada waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut. Desa Sidakarya merupaan salah satu desa yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan. Sudah banyak kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani masalah DBD tersebut, tetapi kenyataannya, kasus DBD masih tinggi.
Mengingat berbahayanya penyakit DBD, maka di Kecamatan Denpasar Selatan sudah melaksanakan berbagai upaya untuk penanggulangan DBD, seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), melakukan pengasapan dan abatisasi, gertak dan penyuluhan kesehatan. Alternatif terakhir yang sudah dilakukan adalah dengan pengangkatan kader jumantik, baik dari orang dewasa, maupun dengan melibatkan siswa sekolah. (Kemenkes RI, 2014). Namun sampai saat ini kasus DBD di Kecamatan Denpasar Selatan ( termasuk Desa Sidakarya) tetap saja tinggi
Menindaklanjuti hal tersebut, maka perlu memakai cara lain, yang tidak dengan melibatkan orang lain serta mampu mengurangi kasus DBD yang sedang merebak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cecep Dani Sucipta dari Poltekkes Kemenkes Banten yang mendapatkan hasil bahwa Perangkap Nyamuk Kasa Apung Efektif sebagai Perangkap Nyamuk Aedes Aegypti di Wilayah Endemis DBD Kota Tangerang. Oleh karena itu hasil penelitian tersebut akan dicoba dipergunakan di Desa Sidakarya Denpasar dengan langkah awal melibatkan siswa SD yang ada di 3 SD Negeri yang ada di Desa Sidakarya.

Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Pengabmas) dari Jurusan Kesehatan Lingkungan, Polikteknik Kesehatan Kemenkes Denpasar (Polkesden) yakni Ni Ketut Rusminingsih, SKM. M.Si dan I Nyoman Gede Suyasa, SKM., M.Si., dibantu sejumlah mahasiswanya melakukan pendampingan pembuatan lavitrap atau perangkap nyamuk di SD Negeri di Desa Sidakarya. “Siswa SD memiliki beberapa kelebihan, yaitu biasanya dan patuh dengan perintah gurunya, jujur, disiplin, teliti dan memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya, serta bisa memberikan pengaruh kepada kedua orang tuanya untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan,” kata Rusminingksih di Denpasar, Selasa (12/10), kemarin.
Pelatihan membuat perangkap nyamuk bagi siswa SD ini dimulai sejak Juli hingga September 2021. Awalnya, siswa kelas IV dari masing-masing SD diajarkan membuat perangkap nyamuk secara luring (tatap muka di kelas). “Kegiatan luring ini tidak bisa berjalan karena adanya PPKM berkaitan dengan merebaknya kasus Covid-19. Agar kegiatan ini berjalan, maka berdasarkan masukkan dari Kepala SD Negeri 4, Kepala SD Negeri 9, Kepala SD 14, serta ijin dari Ibu Dayu Sri Arjani selaku reviewer dari Poltekkes Denpasar, maka kegiatan ini dilaksanakan secara daring dengan bantuan dari guru wali kelas masing-masing SD,” imbuhnya.
Langkah awal dimulai dengan pembuatan video dan booklet, diinfokan kepada wali kelas secara tatapmuka dengan memperkatikan prokes secara ketat, yaitu memakai masker dengan benar, mencuci tangan pakai sabun dan memakai handsaniter, serta tetap menjaga jarak. Setelah wali kelas paham, barulah video dan booklet tersebut dishare ke siswa SD kelas IV lewat WA Group yang sudah biasa digunakan. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan metode zoom dan googlemate dengan perantara guru wali kelas masing-masing.
Hasil pelatihan tersebut didokumentasikan dengan video dan photo. Ternyata dari 120 siswa SD Negeri kelas IV yang dilibatkan 109 bisa membuat lavitrp dengan cara yang sesuai dengan booklet dan video yang dikirim, dan 8 orang kurang tepat, serta 3 orang tidak mengirimkan hasil karyanya akibat kerusakan jaringan. Berdasarkan photo serta video yang dikirim mereka juga bisa menempatkan lavitrap di tempat yang sesuai, yaitu di tempat-tempat lembab, di pojok rumah, pojok ruangan yang sering didatangi nyamuk. “Syukurlah pendampingan pembuatan lavitap secara daring berjalan dengan lancar dan berhasil,” pungkas Rusminingsih. (KIM)