Siloam Hospitals Bali: Kenali Penanganan Epilepsi Lebih Dekat

IMG_20240326_194406
Foto bersama usai pemaparan materi epilepsi, di Abisha Hotel

DENPASAR, diaribali.com – Siloam Hospitals Bali mengingatkan masyarakat akan pentingnya mengenal penanganan epilepsi dan tidak memberikan stigma buruk bagi penderitanya.

Dokter Spesialis Saraf, dr. I Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N., mengatakan betapa bermanfaatnya jika penanganan epilepsi diketahui secara luas. Karena menurutnya, dengan lebih mengenal epilepsi, tentu akan turut mendorong keluarga penderita lebih terbuka terhadap penanganan yang lebih tepat.

Hal itu disampaikan dr. Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N, yang saat ini aktif menangani pasien Epilepsi di RSU Siloam Bali, pada momentum Purple Day atau Hari Epilepsi International 26 Maret lalu.

Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan edukasi agar masyarakat tidak mempercayai mitos dan tidak memberikan stigma buruk terhadap penderita epilepsi

“Harapannya agar memberi manfaat terhadap komunitas dan kualitas hidup pasien semakin lebih baik,” ujarnya

Apa itu Epilepsi?
Epilepsi merupakan keadaan dimana aktivitas sel saraf di otak terganggu, yang menyebabkan munculnya bangkitan kejang. Gangguan pada sel listrik di otak yang berlebihan ini dapat menimbulkan serangan berulang /perubahan tingkah laku yang bersifat sementara

Menurut dr. Riantini, epilepsi dapat terjadi sebagai akibat dari kelainan genetik atau cedera otak yang dialami, seperti trauma atau stroke. Faktor risiko lainnya antara lain usia, genetik, cedera kepala, kejadian kejang demam, autoimun dan tumor otak.
“Penderita epilepsi terdata sebanyak 65 juta penduduk di dunia, 1 dari 100 orang dan di Indonesia terdapat 150 ribu kasus pertahun, Secara spesifik, 50 persen penyebab epilepsi tidak diketahui,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Sinergitas Pemkot Denpasar di "Fishtival"

Dalam kegiatan tersebut dijelaskan pula data kunjungan Pasien Epilepsi di Siloam Hospital Bali periode 2018 hingga 2023, yang terus mengalami kenaikan kunjungan, yaitu dimulai 2018 untuk 442 pasien dan, 2009 : 981 pasien, 2010 yang terus mengalami kenaikan sebamyak 1593 dan data terakhir yaitu di tahun 2023 sejumlah 3510 penanganan dan kunjungan.

Sementara dr. Dewa Putu Wisnu Wardhana, MD, PHd, FICS, FINSS (Neurosurgeon) menjelaskan beberapa modalitas yang dapat digunakan dalam deteksi epilepsi dan penyebabnya ,yaitu : Pemeriksaan EEG : Elektroensefalografi Merekam aktifitas elektrik sportan dari otak, selama periode tertentu (30 menit), dari elektrode yang dipasang dikulit kepala dan melalui MRI (di kepala)

“Hal ini untuk menilai anatomi otak dan menyingkirkan kelainan otak lain sebagai penyebab epilepsi,” jelas dr. Dewa Putu Wisnu.

Penyembuhan umum dilakukan melalui pemberian Obat anti kejang yang diminum sesuai jenis kejang, usia jenis kelamin dan kondisi metabolik

“Dimulai dengan satu macam obat dosis terendah dan diminum secara teratur,” ungkapnya.

Metode penanganan yang lebih advance untuk mnegatasi epilepsi
Terapi VNS dan DBS
Dokter Bedah Saraf Siloam Group, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS, menjelaskan tentang VNS terapi (juga disebut stimulasi saraf vagus) telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sebagai terapi tambahan untuk orang dewasa dan anak-anak berusia 4 tahun ke atas.
Disetujui untuk mengobati kejang fokal atau parsial yang tidak merespons obat kejang. “Ini disebut epilepsi yang resistan terhadap obat atau epilepsi refrakter,” katanya

BACA JUGA:  Jaya Negara Dampingi PJ. Gubernur Bali Tinjau CKG, 11 Puskesmas di Denpasar Siap Jalankan Program Pusat

Stimulasi saraf vagus (VNS) dapat mencegah atau mengurangi kejang dengan mengirimkan energi listrik ringan dan teratur ke otak melalui saraf vagus. Sementara itu terapi stimulasi otak dalam (Deep Brain Stimulation) atau DBS merupakan penggunaan alat untuk membantu mengendalikan kejang.
“Dilakukan pembedahan untuk memasang alat tersebut, kemudian diprogram di klinik rawat jalan oleh dokter spesialis epilepsi,” jelasnya.

Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan melihat gangguan pusat titik lokasi kelistrikan di otak pasien. Metode ini tentu dipilih berdasarkan indikasi yang sangat kuat dengan mempertimbangkan risiko dan benefit yang bisa dialami oleh pasien

Siloam Hospitals Bali merupakan salah satu rumah sakit unggulan akan penanganan saraf dan bedah saraf di bidang Epilepsi. Zor