Putus Rantai Penularan DBD di Sesetan, Polkesden Maksimalkan Peran Jumantik

PENYULUHAN kepada tenaga jumantik tentang penyakit demam beradarh dan siklus hidup jentik di Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan.
DENPASAR-DiariBali
Demam berdarah dengue (DBD) menjadi permasalahan kesehatan yang cukup serius di Kecamatan Denpasar Selatan, khususnya Kelurahan Sesetan. Terlebih di masa pandemi Covid-19, perhatian masyarakat seolah beralih pada Covid-19 semata. Perlu diingat bahwa DBD juga salah satu penyakit mematikan.
Berdasarkan data UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan, Kasus DBD dari Januari-Desember 2020 mencapai 234 kasus, dengan rincian Desa Panjer 58 kasus, Kelurahan Sesetan 104 kasus dan Desa Sidakarya 72 kasus. Kelurahan Sesetan menduduki kasus DBD tertinggi. Sehingga Sesetan tergolong kawasan endemis DBD.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Polteknik Kesehatan Kemenkes Denpasar (Polkesden), yakni I Ketut Aryana, BE, SST, M.Si (ketua) dan I Wayan Sali, SKM, M.Si (anggota) melakukan pengabdian kepada masyarakat (pengabmas) di Kelurahan Sesetan dari Juli hingga September 2021.
Menurut Aryana, petugas juru pemantau jentik (jumantik) memiliki peran strategis untuk menekan angka penularan DBD di wilayah padat penduduk tersebut. Karenanya, pihaknya mengusung tema “Pemberdayaan Jumantik untuk Memutus Mata Rantai Penularan Penyakit Demam Berdarah dengan Sistem Terputus”.
Aryana menjelaskan, tenaga jumantik yang ditugaskan oleh UPTD Puskesmas I Denpasar Selatan adalah 15 orang dari total 35 tenaga jumantik yang ada. “Dengan adanya kasus BDB yang begitu massif apakah tingkat pengetahuan petugas jumantik tentang penyakit DBD masih kurang atau sistem kerja pemantaun jentik masih belum efektif,” kata Aryana di Denpasar, Rabu (27/10).
Permasalahan mitra yakni jumlah jumantik sebanyak 15 orang harus menangani 49.893 jiwa. Sehingga perlu pemberdayaan jumantik dengan mengadakan penyuluhan tentang penyakit DBD, siklus hidup nyamuk dan pemantauan jentik di wilayah kerja masing-masing jumantik dengan periode waktu tertentu, sehingga dengan demikian dapat ditingkatkan pengetahuannya serta waktu yang tepat yang untuk pemantauan jentik dan akhirnya dapat memutus mata rantai penuluran penyakit demam berdarah di Kelurahan Sesetan.
Penyuluhan kepada 15 petugas jumantik yang dilakukan tim pengabdi berbuah manis. Sebelum penyuluhan, nilai rata-rata per orang 82,67 %. Setelah penyuluhan meningkat menjadi 95,99 %. Artinya, pengetahuan petugas jumantik naik 13,89%.
“Hasil pemantaun jentik secara berkala dengan memasang 45 kontainer (ember) di lokasi pengabmas di hari ke 3 adalah 2 (10,5 %). Waktu hari ke 5 adalah 3(15,8%) dan waktu hari ke7 adalah 14(73,7%). Jadi waktu hari ke 7 hasil paling banyak menemukan jentik. Jadi dua kesimpulan penting, yakni terus tingkatkan wawasan jumantik serta pantau jentik secara berkala langsung ke rumah warga,” jelasnya.
Ia berharap, Lurah Sesetan agar membuat program secara berkala kepada masyarakat umemberantas sarang jentik, untuk membantu petugas jumantik. “Semoga kehadiran kami dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Sesetan,” harapnya. TUM