ucapan nyepi dan idul fitri warmadewa

PKM UNR Target Peningkatan Produksi Perajin Keben

DSC_8997
PELATIHAN e-commerce dan penyerahan alat peningkatan produksi bagi perajin keben.

Perajin Anyaman Bambu Diperkenalkan E-commerce

BANGLI-DiariBali

Bangli dikenal sebagai kabupaten penghasil bambu. Tak heran, berbagai produk kerajinan berbahan dasar bambu dihasilkan di daerah bersuhu sejuk tersebut. Salah satu kerajinan yang paling dikenal yakni keben atau sokasi.

Keben merupakan tempat banten berbentuk persegi. Ukuran dan variasinya bermacam-macam. Keben bisa dikatakan barang wajib yang dimiliki ibu-ibu Hindu di Bali. Berdasarkan data dari Pameran UMKM/IKM di Ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun lalu, keben menjadi produk kerajinan yang paling diburu pembeli.

Meski demikian, ternyata para perajin keben, khususnya di Desa Sulahan, Susut, Bangli ternyata belum memiliki pembukuan. Bahkan laba/rugi usahanya pun tidak diketahui. Yang mereka tahu hanya terus memproduksi di sela aktivitas lain.

Hal ini terungkap saat tim peneliti Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Dana Hibah Internal Universitas Ngurah Rai yang terdiri dari; Dr. Gede Wirata, S.Sos., SH., MAP., dan Made Mulya Handayani, S.Pd.H., M.Pd.H., terjun ke lapangan sejak 6 November hingga 20 Desember 2021.

Dikonfirmasi di Denpasar, Senin (19/12), Gede Wirata berpendapat, kelompok usaha keben sudah waktunya memiliki pembukuan usaha serta menerapkan e-commerce di zaman digitalisasi dewasa ini. Apalagi, kerajinan keben menjadi potensi besar dan terbukti menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat setempat.

Sehingga, pihaknya getol melatih para perajin membuat pembukuan sederhana, melatih menggunakan paltform penjualan berbasis internet serta mengucurkan bantuan peralatan seperti 2 alat sebit bambu, 15 pisau, 2 buah Golok, 25 buah cat untuk pewarna bambu, 10 kuas, dan 2 buku besar untuk pencatatan keuangan usaha.

BACA JUGA:  ULBIL Buka Program Beasiswa Ikatan Dinas PosIND, Ini Skemanya

“Kami prihatin usaha yang telah lama ditekuni tapi tidak diikuti menajemen yang baik. Karenanya kami hadir untuk merubah pola usaha mereka. Semoga bermanfaat dan akan dievaluasi ke depannya,” kata Mulya Handayani menambahkan.

Mulya Handayani juga melatih kelompok perajin keben menggunakan website dan akun media sosial untuk menjual produknya. Kata dosen muda ini, digitalisasi adalah sebuah keniscayaan di era revolusi industri ini agar para perajin tetap eksis menjangkau konsumen dari luar.

Salah salu perajin keben, Ni Luh Erna Suartini berterima kasih karena telah diajari banyak hal oleh akademisi Universitas Ngurah Rai. Dari sini ia tahu bahwa pembukuan dan sistem penjualan sangat penting guna menciptakan kesejahteraan. (BAQ)