Pengelolaan Agroekosistem Salak di Desa Sibetan, Kolaborasi Unmas Denpasar dan Ilan University, Taiwan
KARANGASEM, diaribali.com – Agroekosistem yang merupakan suatu ekosistem pertanian dapat dikatakan produktif jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara dan organisme-organisme yang ada, sehingga dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan.
Oleh karena itu pentingnya mengelola agroekosistem salak secara berkelanjutan, keberlanjutan produksi dan ekosistem salak dapat terjaga.
Pada kegiatan penyuluhan kolaborasi antara Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia dengan Ilan University,Taiwan telah dilaksanakan pada 30 Agustus 2024 dilaksanakan secara Hybrid, adapun pemateri yang dihadirkan Prof. Dr. Ir. I Ketut Sumantra, MP. (Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia) dan Margo Sulistio, Ph.D (Ilan University, Taiwan).
Observasi lapangan yang telah dilakukan oleh Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia, Cokorda Javandira, SP., MP. pada beberapa kawasan budidaya salak yang dikembangkan petani di Desa Sibetan bahwa kondisi Agroekosistem salak sudah baik,cukup terjaga kelestariannya. Hal tersebut dikarenakan petani salak jarang menggunakan pestisida kimia dalam mengendaikan serangan hama dan penyakit.
Tujuan dari pengelolaan agroekosistem adalah menciptakan keseimbangan dalam lingkungan, hasil yang berkelanjutan, kesuburan tanah yang dikelola secara biologis dan pengaturan populasi hama melalui keragaman hayati serta penggunaan input yang rendah. Petani salak di sibetan masih menggunakan pupuk organic yang berasal dari sisa pelapukan seresah daun dan dahan tanaman salak. Petani sibetan mampu mendapatkanhasil yang baik karena:
1. Mampu mengoptimalkan penggunaan unsur hara dengan memanfaatkan sumber bahan pupuk organic;
2. Mengadakan perawatan rutin terhadap tanaman salakyang dibudidayakan;
3. Melakukan pembersiha kanopi tanaman salak, sehingga pada agroeosistem salak terdapat sirkulasi cahaya yang baik;
4. Meningkatkan keragaman populasi musuh alami serangga, sehingga keseimbangan ekosistem serangga dapat terjaga kelestariannya;
5. Menjaga kebutuhan air, air yang dibutuhkan tanaman untuk berproduksi optimal dapat terjaga ketersedianya selama pertumbuhan tanaman sampai dengan salak berproduksi.
Penulis: Tim Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar