Matching Fund 2022 FP Unwar, Wujudkan Integrasi Pertanian Tanpa Limbah
DENPASAR, diaribali.com-Matching Fund 2022 yang digarap Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa (FP Unwar) menunjukkan sektor pertanian adalah bidang yang sangat menjanjikan untuk saat ini dan di masa depan.
Bahkan FP Unwar mengintegrasikan sebanyak 4 kegiatan, seperti Agroteknologi berupa penanaman sayuran, Perikanan berupa budi daya ikan nila dan udang galah, Peternakan dengan komoditas ayam kampung super dan terakhir adalah Ilmu Teknologi Pangan (ITP) dengan pengolahan hasil dari tiga kegiatan tersebut, tentunya tanpa limbah yang terbuang sedikitpun.
Baca juga Fisip Unwar Gelar Yudisium Ke-70, Lulusan Diharapkan Jadi Komunikator Andal Bagi Masyarakat
Pada prinsipnya dalam Matching Fund kali ini adalah menjadikan sebuah produk. Seperti perikanan produknya adalah udang galah dan ikan nila yang bisa dikonsumsi dengan proses mengambil limbah dari peternakan berupa kotoran ayam lalu dijadikan pakan ikan sehingga tidak ada kotoran yang terbuang sia-sia.
“Tentunya ditambahkan dengan mikroorganisme serta molase sebagai pakan dari ikan tersebut. Sehingga kotoran ayam bisa dipakai sebagai pakan ikan,” ucap Kaprodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Ir. Ni Made Darmadi, M.Si, di kebun Agro Learning Center, kamis (8/9).
Kemudian dalam agroteknologi diterapkan dengan air sebagai limbah kolam yang diambil nutrisinya untuk menyiram sayuran hidroponik yang diletakkan di atas kolam tersebut.
“Sehingga terintegrasi semua dan tidak ada sesuatu yang terbuang,” imbuhnya.
Disisi lain, dalam bidang perikanan, Ir. I Ketut Agung Sudewa, M.Si menjelaskan polanya adalah dengan mengintensifkan pemeliharaan udang galah dan ikan nila yang menerapkan sistem Nutrient Tank.
“Kita rediasi ke kolam di bawahnya dan setelah dibersihkan kita pakai sebagai bahan atau unsur hara untuk tanaman yang di atas tangki tersebut,” paparnya.
Sementara sisa tanaman yang tidak memiliki nilai ekonomis juga akan dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.
“Bahan-bahannya adalah limbah sayuran yang kita tanam dan tidak memiliki nilai ekonomis kemudian dicampur dengan limbah kotoran ayam setelah itu ditambahkan dengan molase selanjutnya di aduk dan difermentasi dalam satu tangki yang nantinya digunakan untuk memupuk baik di pola nutrient tank maupun di lahan,” kata Agung Sudewa.
Baca juga Unwar Jadi Tuan Rumah Konvensi Erasmus Program Jean Monnet Activities 2022
Sementara, dalam aktivitas peternakan yakni dengan memilih satu komoditi ayam kampung super. Menurut Wakil Dekan I FP Unwar, Ir. Yan Tonga, MP, ayam kampung super ini merupakan salah satu jenis ayam yang unggul hasil persilangan dari ayam kampung biasa dengan ayam ras petelur.
“Karena ini adalah pertanian terintegrasi tentu kita akan menyambungkan semua aktivitas yang ada di Matching Fund dengan beberapa komoditi di bidang pertanian menjadi satu kesatuan yang utuh tanpa ada limbah yang terbuang percuma,” ujar Yan Tonga.
Ia menambahkan pihaknya memodifikasi penggunaan pakan dengan memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari budidaya pertanian seperti sayur-sayuran.
Tonga menambahkan, ini dilakukan dalam rangka menekan biaya pakan yang cukup tinggi sehingga dengan memanfaatkan limbah sisa pertanian bisa mengurangi jumlah pakan komersil yang di pasaran harganya cukup mahal.
“Dalam kurun waktu 60 sampai 75 hari ayam-ayam ini sudah siap dipanen dan seterusnya akan diolah menjadi produk kuliner. Sehingga anak-anak muda milenial yang bergerak di pertanian bisa menjadikan kegiatan pertanian terintegrasi ini menjadi salah satu cara untuk menggantungkan hidup,” imbuhnya.
Sementara semua metode dalam pengintegrasian antara pertanian, perikanan dan peternakan tersebut akan diolah oleh program studi ilmu dan teknologi pangan (ITP).
“Seperti misalnya empon-emponan yakni jahe dan kunyit diolah menjadi jamu-jamuan seperti jahe instan dan kunyit instan serta minuman kunyit,” jelas Kaprodi Ilmu dan Teknologi Pangan FP Unwar, Dr.Ni Made Ayu Suardani S, S.TP., M.Si yang juga selaku ketua dalam Matching Fund 2022.
Kemudian hasil dari perikanan dan peternakan diolah menjadi pangan tradisional seperti ayam kampung, selain dijual sebagai ayam untuk upacara, juga diolah menjadi ayam betutu dan ayam panggang berkakak.
Sementara untuk produk dari perikanan akan diolah menjadi nila crispy dan udang galah yang bisa dijual untuk meningkatkan perekonomian. Untuk pertanian seperti sayuran akan menjadi pangan untuk menghasilkan pangan yang berserat tinggi. rl