Kaji Angka Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi, Dosen Undiknas Raih Doktor
BULELENG, diaribali.com – Sebelumnya, pada 8 Agustus 2023 lalu, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Kadek Januarsa Adi Sudharma, SH., MH., CPCLE., C.Med., Ccd., berhasil meraih gelar Doktor pada Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Udayana (Unud).
Kini, Agustus kembali membawa berkah bagi Undiknas University, setelah Dosennya, I Made Sudiksa, SE., M.Pd., meraih gelar Doktor setelah sukses melewati Ujian Terbuka Promosi Doktor Program Studi Ilmu Pendidikan, Konsentrasi Teknologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Rabu (16/8/2023) di Kampus Undiksha Singaraja.
Sudiksa dinyatakan lulus dengan Predikat Dengan Pujian. Ia membawakan disertasi berjudul “Pengaruh Desain Pesan E-Learning dan Kompetensi Dosen terhadap Hasil Belajar Mahasiswa dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Mediasi”.
Gelar doktor yang disandang Sudiksa menjadi spesial jika ditilik dari prosesnya. Pria kelahiran Petandakan, Buleleng, 3 September 1973 ini, mengawali karir sebagai karyawan di Undiknas pada tahun 1994, berbekal ijazah terakhir STM Negeri Singaraja.
Puluhan tahun bergelut dalam pelayanan pendidikan tinggi, Sudiksa tergoda melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas, tempatnya bekerja. Ia lulus tahun 2011.
Rektor Undiknas kala itu, Prof. Gde Sri Darma dan Pimpinan Perdiknas (yayasan-red) terus memotivasi karyawan agar melanjutkan pendidikan. Sudiksa pun akhirnya memilih S2 Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Undiksha, lulus tahun 2020. Kemudian tancap gas program S3 secara linier hingga lulus menjadi doktor, kemarin.
Dr. I Made Sudiksa, SE., M.Pd
“Saya sangat menikmati proses perjalanan karir saya. Mulai dari karyawan bawah hingga diangkat menjadi dosen. Sungguh ini berkat kebaikan pimpinan Undiknas dan Perdiknas,” kata Sudiksa, dikonfirmasi Rabu (16/8/2023).
Dalam disertasinya, Sudiksa menguliti fenomena tingginya angka pengangguran terbuka dari lulusan perguruan tinggi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Setelah dikaji, dia menemukan belum terbangunnya ‘link and match’ antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri (dudi).
Bapak tiga anak ini, menemukan akar persoalan, banyaknya perguruan tinggi yang tidak mengacu pada bakat dan minat mahasiswa dalam menyusun capain pembelajaran lulusan. Serta banyak perguruan tinggi yang tidak mengakomodir kebutuhan dudi.
Solusinya, menurut Sudiksa, perguruan tinggi harus mampu menentukan profil lulusan dengan kompetensi bakat dan minatnya masing-masing dikolaborasikan dengan kompetensi inti dari program studi dengan catatan harus mengakomodir juga kebutuhan pengguna lulusan.
Hal ini bisa dimulai dari menentukan input. Sedini mungkin sebuah perguruan tinggi menemukan minat dan bakat murni calon mahasiswanya. Berbeda dengan kasus selama ini banyak mahasiswa yang “salah jurusan”. “Hal itu disadari setelah dia masuk beberapa semester,” jelas Sudiksa.
Salah jurusan, lanjut Sudiksa, didominasi oleh faktor “briuk siu” atau ikut-ikutan teman padahal bukan bakatnya di sana serta faktor intervensi orangtua. “Umpama si A kuliah di prodi ilmu hukum tapi bakatnya di ekonomi. Maka solusinya, dia bisa disarankan pindah prodi. Atau jika bertahan, arahkan memilih hukum bisnis,” sarannya.
Dalam hal ini, lanjut suami Luh Ngaba Susiawati, diperlukan dosen berkompetensi pedagogik tinggi untuk membaca bakat dan minat mahasiswa. Sesuai penelitiannya, Sudiksa menyebut, sumber pengetahuan mahasiswa tidak lagi berfokus pada dosen, melainkan internet.
Sehingga perkembangan teknologi informasi menjadi tantangan tersendiri bagi pengajar untuk berinovasi sehingga membangkitkan motivasi belajar. Dalam perjalanan studi S3-nya, Sudiksa, dipromotori oleh Prof. Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd. Co Promotor 1, Dr. I Wayan Sukra Warpala, S.Pd., M.Sc., dan Co Promotor 2 Prof. Dr. Ketut Agustini, M.Si.
Ketua Perdiknas Dr. AA Ngurah Eddy Supriyadinata Gorda, menambahkan, pihaknya telah mengeluarkan kebijakan beasiswa pendidikan bagi seluruh keluarga besar unit-unit di bawah naungan Perdiknas. “Salah satu penerimanya adalah Pak Sudiksa. Beliau salah satu karyawan teladan,” kata Gung Eddy.
Menariknya, Sudiksa merupakan doktor ke-78 yang dicetak Undiksa. Angka yang sama dengan usia Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 tahun. rl