Desa Antiga Telorkan Dua Doktor Tahun 2022

WhatsApp Image 2022-01-14 at 11.12.15
I Nengah Suriata (kiri) I Komang Gede (kanan)

KARANGASEM-DiariBali

Awal tahun baru 2022 merupakan tahun yang membanggakan Bagi Desa Antiga Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ini. Pasalnya Desa Antiga mendapatkan kado spesial di bidang pendidikan yaitu  menelorkan  dua orang Doktor (strata tiga) yang merupakan doktor pertama di desanya.

Doktor yang pertama adalah doktor di bidang hukum adalah Dr. Drs. I Nengah Suriata, SH., MH. dan doktor ekonomi  Dr. I Komang Gede, SE., MM.

Suriata termasuk salah satu putra terbaik di desa  terbuktikan dengan rekam jejaknya yang pernah menjabat kepala desa atau perbekel tahun 1993 hingga 2022, sebelum pemekaran.

Tak kalah membanggakan, Suriata juga tercatat sebagai alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) Lemhanas RI tahun 2016. Pascamenunaikan tugas sebagai pimpinan desa, ia fokus melanjutkan studi.

Ujian terbuka promosi doktor  berlangsung awal Januari 2022. Suriata berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Pengawasan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat Dalam Rangka Pemerataan Kesejahteraan Rakyat di Daerah”.

Pria 22 Juni 1962 ini aktif sebagai pengajar (dosen) di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti, Denpasar. Tekadnya membulat ingin tancap gas hingga ke guru besar atau profesor.

“Motivasi saya ingin terus belajar, mengabdikan diri kepada masyarakat. Pada prinsipnya, saya ingin jadi orang yang berguna,” kata Suriata, ditemui di kediamannya, Jalan Puputan Baru, Denpasar, Jumat  14 Januari 2022.

BACA JUGA:  ITB STIKOM Bali Tegaskan Tidak Berkaitan dengan Kasus STIKOM Bandung

Sementara semangat yang sama juga terlahir pada jiwa dan raga generasi muda yang mengikuti seniornya. Terlahir di keluarga sederhana atau kurang berkecukupan, memantik semangat Mang De sapaan I Komang Gede untuk keluar dari belenggu, dimana kedua orang tuanya tidak tamat sekolah dasar justru  Mang De memiliki lompatan untuk menempuh pendidikan tinggi untuk mengubah nasib.

Gelar akademik prestisius itu berhak disadang setelah Komang Gede mampu mempertahankan disertasinya yang berjudul ‘Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Pemberdayaan, Etos Kerja terhadap JOB Enrichment, OCB dan Kinerja Karyawan Lembaga Perkreditan Desa di Provinsi Bali’. Ia lulus dengan predikat sangat memuaskan.

Dikonfirmasi terpisah, usai ujian terbuka, Komang Gede tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Ia seolah tak percaya pada capaiannya. Ingatannya tertarik ke dalam lorong waktu, bagaimana masa kecilnya harus membanting tulang membantu perekonomian keluarga. “Jika melihat kondisi keluarga, rasanya mustahil saya bisa di titik ini,” kata dia.

Diakuinya, perubahan hidupnya dimulai setelah lulus SMP di kampung, ia menerima tawaran sanak saudaranya untuk melanjutkan SMA di Kota Denpasar. Kemudian berlanjut S1 di Universitas Ngurah Rai, S2 di Universitas Udayana. Keilmuannya linier bidang ekonomi. “Seandainya saya terus-terusan di kampung, paling mentok saya lulus SMP dan kerja serabutan juga,” kata dia.

Komang Gede meyakinkan, seluruh biaya pendidikan dari sarjana hingga doktor berasal dari keringatnya sendiri. Latar belakang pekerja keras sejak kecil, menumbuhkan jiwa kemandirian. Pekerjaan sambilan apa pun diambil saat masih kuliah S1. Hingga akhirnya setelah sarjana ia bekerja di sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Setelah lulus S2, Komang Gede diterima sebagai dosen di Universitas Hindu Indonesia (Unhi), Denpasar, dan tetap bekerja di BPR yang berbeda dari sebelumnya.

BACA JUGA:  Pangsa Tenaga Ahli Infrasteuktur di Bali Luas, UNR Buka Prodi Profesi Insinyur

“Kalau saya relatif tidak menemui kendala selama studi karena saya sudah rancang dari awal. Saya bekerja tidak hanya satu tempat. Saya sadar dengan biaya S3 mencapai ratusan juta, harus dibarengengi dengan kerja keras, doa dan restu, istri, orangtua,” katanya. (Tim)