Dampak Kemenangan Trump, Bagi Indonesia dan Bali
KEMENANGAN Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dapat membawa dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia, termasuk Bali, seperti kemungkinan Kebijakan Ekonomi Proteksionis dan Perang Dagang.
Sebab selama ini Trump dikenal dengan kebijakan ekonomi proteksionis, termasuk penerapan tarif tinggi pada impor dan potensi peningkatan ketegangan dagang dengan negara lain, khususnya China.
Jika kebijakan semacam ini dilanjutkan, Indonesia mungkin menghadapi tantangan dalam perdagangan internasional, yang dapat mempengaruhi ekspor dan impor.
Bali, sebagai destinasi wisata internasional, mungkin merasakan dampak dari perubahan kebijakan ini melalui penurunan jumlah wisatawan asing dan perubahan dalam rantai pasok barang.
Berikutnya adalah Stabilitas Nilai Tukar Rupiah akan terganggu, sebab
kemenangan Trump dapat memicu penguatan dolar AS, yang berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah, meskipun BI telah menyatakan kesiapan untuk menstabilkan rupiah melalui intervensi jika diperlukan.
Namun, pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya impor dan memengaruhi harga barang di dalam negeri, termasuk di Bali.
Dampak selanjutnya adalah potensi tetap bertahannya Suku Bunga Acuan BI (BI Rate). Dengan potensi ketidakpastian global dan tekanan pada rupiah, BI mungkin mempertahankan suku bunga acuan pada level yang relatif tinggi untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Suku bunga yang tinggi dapat mempengaruhi biaya pinjaman bagi pelaku usaha di Bali, termasuk sektor pariwisata dan perhotelan.
Selain itu, akan adanya aliran investasi asing. Hal itu disebabkan kebijakan proteksionis dan ketidakpastian global dapat membuat investor lebih berhati-hati, yang berpotensi mengurangi aliran investasi asing ke Indonesia.
Bali, yang bergantung pada investasi di sektor pariwisata dan properti, mungkin merasakan dampak dari penurunan investasi ini.
Untuk prospek Kinerja Perbankan di Indonesia pada 2025, kita tahu bahwa BI
memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,8% hingga 5,6%.
Namun, dengan adanya potensi kebijakan proteksionis dari AS, perbankan Indonesia mungkin menghadapi tantangan dalam penyaluran kredit dan pengelolaan risiko.
BI telah menaikkan target pertumbuhan kredit perbankan menjadi 11%-13% pada 2025. Namun pencapaian target ini akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi global dan domestik.
Secara umum dapat dismpulkan bahwa kemenangan Trump berpotensi membawa tantangan bagi perekonomian Indonesia dan Bali secara khusus.
Kebijakan proteksionis, potensi perang dagang, dan fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi sektor pariwisata, investasi, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Pemerintah dan pelaku usaha di Bali perlu mempersiapkan strategi adaptif untuk menghadapi kemungkinan perubahan ini.
Penulis merupakan Dekan FEB Undiknas, Regional Chief Economist (RCE) BNI Wilayah 8, dan Anggota Tim Perumus & Evaluasi Kebijakan BRIDA Kab. Badung