Cegah Stunting, BKKBN Imbau Calon Pengantin Lakukan Skrining Pra-nikah

Cegah Stunting, BKKBN Imbau Calon Pengantin Lakukan Skrining Pra-nikah
(kiri-kanan):Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng Sucipto, Kepala Perwakilan BKKBN Bali Luh Gede Sukardiasih Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana, Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus BKKBN Fajar Firdawati.

SINGARAJA,DiariBali.com-Stunting atau gizi buruk pada bayi masih menjadi perhatian pemerintah untuk ditekan atau dicegah. Kepala Perwakilan BKKBN Bali Luh Gede Sukardiasih mengimbau pasangan calon pengantin agar mengikuti skrining pra nikah minimal tiga bulan sebelumnya sebagai pencegahan dini agar melahirkan bayi yang sehat.

Namun, beberapa pasangan masih enggan melakukan skrining karena ada ketakutan akan hasil kesehatannya. Padahal, menurutnya, yang dicek hanyalah lingkar lengan, tensi, hemoglobin, berat dan tinggi badan.

“Hasil skrining sama sekali tidak mempengaruhi rencana pernikahan yang sudah ditentukan. Ini hanya memastikan kesiapan calon ibu untuk hamil agar bayi yang dilahirkan benar-benar berkualitas,” tegasnya,
Sabtu (12/11), saat melakukan Kampanya Percepatan Penurunan Stunting di Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng.

Sementara Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus BKKBN Fajar Firdawati menekankan pentingnya memahami faktor-faktor sensitif yang memengaruhi stunting.
Selain mudah dilakukan, intervensi sensitif ini juga berdampak positif dalam jangka panjang, salah satunya faktor air bersih dan sanitasi.

“Mungkin masih ada yang bertanya, apa hubungannya air bersih dan sanitasi dengan stunting? Padahal ini sangat berpengaruh. Wajib diketahui masyarakat,” kata Firdawati seraya memuji kesuksesan Bali sebagai provinsi dengan prevalensi stunting terendah nasional.

Dalam kesempatan sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng Sucipto menjelaskan, percepatan penurunan stunting merupakan tugas bersama yang memerlukan sinergi lintas sektor.

BACA JUGA:  Survei: Setiap Orang Bali Rutin Menggosok Gigi, Tapi Waktunya Kurang Tepat

Karenanya, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, tokoh, adat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mitra pembangunan untuk bekerja keras, berkolaborasi, gotong royong mencapai tujuan pemerintah mengingat sisa waktu tinggal dua tahun lagi.

“Masa depan kita tergantung pada aksi dan lagkah kolaboratif di masa kini. Anak-anak bangsa adalah aset. Sekarang kita merawat mereka, nanti mereka yang merawat kita, merawat negara ini yang kita cintai,” jelas Sucipto.

Anggota Komisi IX DPR RI Dapil Bali, I Ketut Kariyasa Adnyana menambahkan, masyarakat Bali sudah sepatutnya bersyukur karena Tuhan telah melimpahkan anugerah berupa sumber makanan yang melimpah. Beberapa di antaranya bahkan tersedia di rumah.

Namun, kenapa penduduk Bali masih ada yang stunting? Ia lantas menduga bahwa permasalahannya lebih ke pola asuh, bukan asupan gizi. Di sinilah, kata dia, pentingnya kesiapan mental menjadi orangtua.

“Dewasa ini terutama di perkotaan, kan orangtua sibuk, trus anaknya diserahin ke pembantu. Nah ini juga jadi faktor pemicu (stunting) menurut saya. Bisa saja anak belum makan dibilang sudah. Atau makanannya sembarang, yang instan-instan. Penting sekali diperhatikan orangtua,” kata Politisi PDIP dari Bumi Panji, Buleleng.

Mantan Anggota DPRD Provinsi Bali ini mengingatkan, Bali yang 80 persen perekonomiannya bertumpu dari sektor pariwisata memerlukan sumber daya manusia yang sehat.
“Jika angka stunting tinggi, maka bisa saja diasumsikan Bali daerah tidak sehat. Wisatawan akan takut datang,” pungkasnya. (Art)

BACA JUGA:  90 Persen Perokok Tidak Pernah Menghubungi Layanan Berhenti Merokok