BKKBN Undang 100 Profesor Bahas Stunting
DENPASAR-DiariBali
Stunting masih merupakan kendala dalam pembangunan SDM Indonesia. Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya.
“Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting”, jelas Kepala BKKBN Dr (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) pada acara “Seminar 100 Profesor Bicara Stunting” yang dilaksanakan secara virtual yang diikuti sekitar 1.698 peserta.
Dokter Hasto menambahkan, awal 2021, pemerintah menargetkan angka stunting turun dari 27.7% menjadi 14 persen di tahun 2024 dan Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala BKKBN menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Pencegahan Stunting.
Menurutnya, kondisi kependudukan dewasa ini membutuhkan SDM yang unggul untuk Indonesia maju, karena kita lihat bahwa proporsi pemuda cukup besar dan menjadikan beban yang besar juga bagi bangsa dan negara untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas.
“Kalau kita lihat proporsi antara yang produktif dan yang tidak produktif, maka kondisi Indonesia saat ini sangat strategis karena Defendency Ratio sangat rendah, sehingga peluang bonus demografi bisa lebih awal diterima oleh bangsa kita,” ujar Hasto.
Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Prof. Drh. Rizal Damanik, MRepSc, PhD menambahkan, Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan berbagai kegiatan prioritas didalamnya senantiasa diarahkan untuk mewujudkan SDM unggul di Indonesia. Peningkatan kualitas SDM adalah bagian yang strategis untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, dan makmur.
“Dengan tersedianya SDM yang berkualitas akan mampu memenuhi kebutuhan dan kemajuan bangsa sesuai dengan cita-cita luhur sebuah bangsa. Pembangunan SDM Indonesia harus dilakukan secara berkesinambungan dalam kerangka siklus hidup manusia mulai sejak dalam kandungan sampai lansia,” kata Rizal.
Ketua Umum Assosiasi Profesor Indonesia (API) Pof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc menambahkan, stunting adalah permasalahan multi dimensi yang dapat didekati dari berbagai sudut pandang ilmuwan. Dengan demikian peran para profesor lintas disiplin ilmu sangat penting untuk tampil menyumbangkan pemikirannya dalam mengatasi permasalahan stunting di negeri ini.
“Masalah penurunan angka stunting bukan hanya tugas pemerintah dalam hal ini BKKBN tetapi juga tanggung jawab semua pihak termasuk akademisi dan perguruan tinggi, yang kemudian pengalamannya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti,” pungkas Ari Purbayanto. TUM