Wisuda ke-97 Undiknas Dirangkai Pengukuhan Guru Besar Tetap Prof. Juwita

IMG-20250217-WA0130
Rektor Undiknas Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa saat Acara Wisuda ke-97 Undiknas, Sabtu (15/2).

Badung,diaribali.com-
Sebanyak 1.019 wisudawan Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas)  lulusan jenjang sarjana dan magister dilepas dalam acara  Wisuda ke-97 dan Dies Natalis ke-56 yang dirangkai dengan pengukuhan Guru Besar Tetap Prof. Dr. Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum., CCD., dalam bidang ilmu hukum, Sabtu (15/2/2025) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).

Rektor Undiknas, Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M., IPM., ASEAN Eng., menegaskan,  perguruan tinggi harus terus beradaptasi dengan perubahan, khususnya di era transformasi digital dan globalisasi pendidikan. Dengan mengusung konsep Techno-Researchpreneur University, Undiknas menyiapkan lulusannya untuk menjadi individu yang inovatif, kreatif, dan adaptif dalam menghadapi tantangan masyarakat 5.0.

“Undiknas siap merespons perubahan kebijakan pendidikan nasional dan global melalui integrasi teknologi, riset, dan kewirausahaan dalam sistem pembelajaran. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan agar relevan dengan kebutuhan industri dan dunia kerja,” ujar Rektor.

Pada kesempatan ini, Rektor juga mengumumkan berbagai pencapaian Undiknas sepanjang tahun 2024. Salah satu prestasi terbesar adalah akreditasi institusi ‘Unggul’ yang diperoleh melalui SK BAN-PT No. 2131/SK/BAN-PT/Ak/PT/XI/2024, semakin memperkuat posisi Undiknas sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam upaya meningkatkan daya saing internasional, Undiknas terus memperluas jejaring global melalui kerja sama strategis dengan berbagai institusi di Eropa, Amerika, Australia, dan Asia. Program seperti Australia New Colombo Plan dan Bali Beyond Borders menjadi bukti konkret bahwa Undiknas semakin diakui di kancah internasional.

BACA JUGA:  Usung Jargon 'Bigger', SMK Teknas Denpasar Peringati HUT ke- 16

“Kami percaya bahwa inovasi, kolaborasi, dan adaptasi adalah kunci untuk mempertahankan Undiknas sebagai kampus unggulan. Dengan semangat progresif, kami siap menghadapi tantangan masa depan dan terus mengukir prestasi,” tambah Rektor.

Pada kesempatan ini, Undiknas juga secara resmi mendeklarasikan pengalihan kelola atau penyatuan Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha ke Universitas Pendidikan Nasional. Keputusan ini telah dituangkan dalam Akte Notaris Nomor 26 tertanggal 10 Februari 2025, tentang Pernyataan Keputusan Rapat Kesepakatan Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha dengan Universitas Pendidikan Nasional.

“Penyatuan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Undiknas dalam bidang pendidikan farmasi dan ilmu kesehatan, sekaligus memberikan peluang pengembangan program akademik yang lebih luas,” pungkas Rektor.

Sementara Ketua Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Dr. AAN. Eddy Supriyadinata Gorda menyampaikan, perguruan tinggi tidak sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga wadah bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan menemukan solusi bagi berbagai permasalahan. Konsep ini disebut “Secholai”, yakni memanfaatkan waktu luang untuk berdiskusi dan menghasilkan solusi baru.

Menurutnya, perguruan tinggi harus memberikan ruang yang luas bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan menggali ide-ide baru. “Misal mahasiswa manajemen berdiskusi tentang how to manage, akutansi bagaimana menyempurnakan perilaku yang seimbang karena akutansi berbicara masalah keseimbangan. Sehingga konsep saya sederhana ketika kita lulus di perguruan tinggi sebetulnya banyak ide yang bisa kita tawarkan untuk memecahkan masalah-masalah bangsa,” papar Eddy Gorda.

BACA JUGA:  Rancang Tata Letak Pura hingga Penanaman Biopori Agenda PKM dan Baksos FST UNR 2025

Namun, tantangannya adalah apakah mahasiswa memiliki gudang ide yang cukup untuk menghadapi masalah nyata? Hal ini sangat bergantung pada proses pembelajaran selama 3,5 hingga 4 tahun di kampus, kualitas sumber daya manusia, serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

“Intinya, perguruan tinggi harus kembali pada konsep Secholai, yaitu sebagai ruang, tempat, atau media untuk bertukar pikiran serta menemukan ide-ide baru dan brilian dalam memecahkan berbagai permasalahan. Oleh karena itu, membangun perguruan tinggi bukan sekadar membangun artefak fisik, tetapi yang lebih penting adalah membangun mindset dan cara berpikir orang-orang di dalamnya,” pungkas Gung Eddy.

Ke depan, lanjut Eddy Gorda, sebagai payung hukum Undiknas, Perdiknas akan terus mengembangkan unit-unit baru lagi selain mengembangkan infrastruktur gedung beserta sarana prasarana pendukung Undiknas untuk menunjang proses pembelajaran di kampus. (Art)