Tim PKM UNR Bantu Kesiapan Tukad Bindu Menuju “Urban Escape Tourist Attraction” di Denpasar
Dalam rangka pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat (pengabmas), di akhir tahun 2021 ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) memberikan kesempatan kepada para dosen di lingkungan Universitas Ngurah Rai (UNR) untuk mengajukan hibah pengabmas.
Topik yang diusung yakni: “Melalui KAT UNR Tahun Akademik 2021/2022 Kita Tingkatkan Kinerja Pengabdian kepada Masyarakat untuk Berpartisipasi dalam Menangani Dampak Covid-19”. Karenanya, salah satu tim pengabmas UNR yang digawangi Ir. Ayu Putu Utari Parthami Lestari, ST., MT., bersama I Putu Agus Suwastawa, SE., MM., mengajukan topik pengabdian PkM Usulan Penaataan Tukad Bindu Sebagai Urban Escape Tourist Attraction di Denpasar.
Utari Parthami beralasan, topik ini dipilih karena melihat pentingnya peran Tukad Bindu sebagai penjaga ekosistem alam di Denpasar sekaligus potensinya sebagai daya tarik wisata yang terdesak akibat pandemi Covid-19. Pengabmas ini dimulai sejak 7 Oktober hingga 21 Desember 2021. Kegiatan berlangsung dengan ptotokol kesehatan ketat dan diapresiasi oleh mitra, Yayasan Tukad Bindu dan warga setempat.
Tukad Bindu, lanjut Utari Parthami, adalah salah satu contoh sukses pengelolaan kawasan sungai berbasis komunitas di Denpasar. Di lokasi ini berdiri berbagai macam fasilitas pendukung pariwisata, seperti pusat kuliner, playground outdoor, co-working space, panggung hiburan, dan masih banyak lagi. Tukad Bindu menjadi lokasi favorit bagi anak-anak untuk berenang karena gratis dan aliran airnya tenang.
Selain itu di tahun 2017 Tukad Bindu berhasil menorehkan prestasi sebagai menyabet predikat 5 besar nasional dalam Lomba Komunitas Peduli Sungai, dan tahun 2018 lokasi yang sama menjadi tempat tujuan delegasi IMF-World Bank untuk berkunjung ketika melakukan kegiatan di Bali. Tukad juga sering menjadi lokasi untuk kunjungan baik organisasi, komunitas bahkan individu untuk belajar mengenai pengelolaan lingkungan.
Namun sejak pembatasan kegiatan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, Tukad Bindu seperti juga lokasi wisata lain, menjadi sepi. Beberapa fasilitas didalamnya menjadi menurun kualitasnya dan dikhawatirkan jika tidak segera diperbaiki, tukad akan kesulitan menarik pengunjung di kemudian hari.
“Padahal, pariwisata luar ruangan memiliki kesempatan berkembang karena dianggap lebih kecil dapat menyebarkan penyakit dibandingkan ketika berada di dalam ruangan,” katanya di Denpasar, belum lama ini.
Tim Pengabmas UNR mengusulkan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh tukad yang tidak hanya menyasar pengabdian secara fisik semata tetapi juga dilakukan secara non fisik (sosial kemasayarakatan). Kegiatan pengabdian juga ditentukan agar tidak hanya bermanfaat bagi sekelompok masyarakat, tetapi juga harus lebih luas. Pengabdian kemudian ditentukan menyasar 3 kelompok utama, yaitu laki-laki dewasa, wanita dewasa dan anak-anak.
Kegiatan fisik disasar untuk laki-laki dewasa antara lain desain backdrop di panggung mini, perbaikan atap “pojok kuliner” dan signange di Taman Tubin. Kegiatan ini dipilih karena menurut Agus Suwastawa selaku salah seorang tim, dianggap sebagai kegiatan fisik paling mendesak harus dilakukan sebelum Tukad Bindu nantinya akan dibuka kembali untuk umum.
Atap Pojok Kuliner yang rusak diganti dengan usulan desain dan material yang lebih tahan lama dan tahan terpaan cuaca. Begitupula dengan backdrop panggung dan papan penanda di area playground anak.
Kegiatan fisik pengabdian masyarakat harus pula dibarengi dengan kegiatan non fisik. Dalam hal ini diperhatikan bahwa masih diperlukan upaya untuk menggugah kesadaran masyarakat akan cinta lingkungan. Hingga ditentukan diselenggarakan kegiatan sosialisasi mengenai eco enzyme bagi ibu-ibu PKK Banjar Ujung. Sedangkan kegiatan bagi anak-anak adalah lomba mewarnai bagi siswa SD dan TK.
Ketua Yayasan Tukad Bindu, Ida Bagus Made Ary Manik, SS., menyambut baik kegiatan pengabdian ini dan mengharapkan agar kegiatan sejenis dapat dilakukan tidak hanya selama pengabdian berlangsung tapi berkelanjutan.
Kepala Lingkungan Banjar Ujung sekaligus Pengawas/ Penggagas Yayasan Tukad Bindu, I Gusti Agung Rai Ari Temaja, SE. yang juga aktivis “Giat Lestarikan Alam Selamatkan Lingkungan Hidup” (GILA SELINGKUH) menambahkan agar tim pengabdian dapat menularkan pengetahuan yang didapat selama pengabdian di lokasi-lokasi lain sehingga kebiasaan menghargai lingkungan seperti falasafah Tri Hita Karana dapat terbentuk di banyak tempat. rl