Tim Pengabdi Unwar, Bina Pengrajin Gamelan di Mengwi
DENPASAR, diaribali.com-Gamelan merupakan salah satu kekayaan budaya Bali. Gamelan sering digunakan sebagai pengiring pertunjukan seperti tari, teater, dan drama. Namun, Sebagian besar Gamelan Bali digunakan untuk ritual, seperti upacara Dewa Yadnya, upacara ManusaYadnya, dan upacara Pitra Yadnya.
Gamelan Bali selalu berkembang sebab masyarakat Bali senantiasa terbuka dan selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Bahan gamelan umumnya terbuat dari logam dan bambu (seruling dan rindik).
Meski demikian, perajin gamelan bukan tanpa kendala dalam menjalankan operasional usahanya. Mereka perlu mendapatkan pendampingan, terutama dari kalangan akademisi.
Tiga dosen Universitas Warmadewa (Unwar) yakni, Ni Putu Sri Mariyatni, Ni Made Rai Juniariani serta Agus Darma Yoga Pratama melakukan pengabdian dengan melibatkan usaha gamelan Bali, UD Catur Putra, milik I Ketut Wana di Banjar Selat Beringkit, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat kelemahan pada mitra yang harus segera diperbaiki, misalnya belum memiliki pembukuan untuk menghitung laba rugi, harga pokok produksi dan pencatatan asset yang dimiliki, belum memisahkan keuangan prive dan keuangan usaha, kendala peralatan, pemasaran masih secara tradisional, belum memiliki katalog produk sehingga susah dalam melakukan promosi, serta belum fasih berbahasa Inggris.
Menurut Sri Mariyanti, penguasaan bahasa Inggris menjadi penting untuk berkomunikasi dengan konsumen mancanegara. “Karena Bali menjadi tujuan wisata dunia, sehingga banyak pembeli dari luar negeri,” kata Sri Mariyanti di Denpasar, Senin (18/7).
Masih kata Sri Mariyanti, timnya telah melakukan pendampingan berikut memberikan solusi atas seluruh permasalahan mitra. Sehingga program kemitraan masyarakat ini memberikan dampak secara ekonomi dan sosial kepada mitra, diantaranya: Peningkatan Aset usaha, peningkatan rata-rata omset/bulan, peningkatan jumlah produk yang terjual/bulan, peningkatan penggunaan tenaga kerja.
Namun, proses pendampingan ini bukan tanpa kendala. Karena mitra belum terbiasa mengatur keuangan, terkesan agak kaku di awal. Demikian pula jarak antara tempat tinggal dan lokasi usaha lumayan jauh. “Tapi syukurnya mitra sangat antusias mengikuti arahan kami sehingga program ini berjalan sesuai harapan,” pungkas dia. rl