Setop Beri Uang Pengamen di Jalan

DENPASAR-DiariBali

Tidak ada yang memungkiri bahwa pandemi Covid-19 berdampak besar bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya Bali yang bertumpu pada sektor pariwisata. Banyak yang kehilangan mata pencaharian. Namun sayangnya, sebagian dari mereka tidak memanfaatkan kondisi fisiknya yang prima untuk mencari nafkah secara wajar. Mereka memilih jalur instan dengan mengemis serta mengamen.

Akhir-akhir ini malah berjamuran aksi pengamen berpakaian adat Bali yang cukup menyita perhatian. Sebagian besar masyarakat mengeluh. Selain mengganggu kenyamanan, hal ini juga dianggap mencederai citra adat Bali. Beberapa kali petugas Satpol PP telah melakukan pembinaan dan penangkapan para pengamen ini.

Bahkan di daerah Klungkung mereka pernah divonis kurungan selama sepekan. Namun pengamen-pengamen tersebut tak jua jera. Tantangan dalam penertiban pengamen jalanan itu karena mereka kucing-kucingan saat petugas melakukan penertiban.

“Kita hindari kejar-kejaran di jalan raya guna mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sebelumnya kami telah lakukan penertiban namun setelah dikembalikan ke daerah asal, keesokan hari mereka kembali mengamen,” kata Kasat Pol PP Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi, di Denpasar, Sabtu (1/1).

Selain melakukan penertiban secara rutin, Rai Darmadi mengajak masyarakat untuk tidak memberikan imbalan kepada pengamen jalanan. Menurutnya kebiasaan memberikan imbalan itu memberi kesempatan  bertambahnya keberadaan pengamen jalanan. Dia mengakui penertiban pengamen jalanan yang berbusana adat Bali ini menjadi dilema bagi petugas Satpol PP.

BACA JUGA:  Kondisi Empat Danau Mengkhawatirkan, Peradah Bali Segera Temui Pemangku Kebijakan

Pada satu sisi Satpol PP ingin menegakkan Perda demi kenyamanan seluruh masyarakat. Namun di lain sisi sikap itu dipandang diskriminasi terhadap krama Bali. Untuk itu dia mengajak masyarakat agar mendukung penertiban pengamen jalanan dengan tidak memberikan imbalan. Dia juga berharap peran aktif desa adat dalam mencegah kehadiran dan perkembangan pengamen jalanan di wilayah adat masing-masing. “Kami paham bahwa di Bali rasa kepeduliannya sangat tinggi. Namun sebaiknya tidak dengan memberikan imbalan kepada mereka, sebab hal itu yang membuat mereka semakin bertambah banyak. Padahal dilihat dari perlengkapan yang mereka bawa, mereka tidak layak dikatakan kurang mampu,” pungkas birokrat asal Klungkung ini. TUM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *