Sekolah Perempuan Srikandi “Goes to” Dusun Wanasari
DENPASAR, diaribali.com – Setelah resmi berdiri dibuktikan dengan SK Perbekel Desa Dauh Puri Kaja, Sekolah Perempuan Srikandi mulai memperkenalkan dirinya ke dusun atau banjar yang ada di wilayah Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara.
Dusun pertama yang disasar adalah Wanasari atau Kampung Jawa, pada Minggu (28/5/2023) bertempat di MI Al-Mitfah.
Dipilihnya Dusun Wanasari sebagai tempat sosialisasi keberadaan, tugas pokok dan fungsi Sekolah Perempuan Srikandi karena jumlah penduduknya yang padat serta heterogen.
Selain itu, di tempat dan waktu yang sama juga digelar pengabdian kepada masyarakat yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Ngurah Rai (Fishum UNR).
Ketua Sekolah Perempuan Srikandi, Radiah mengaku, tidak sabar ‘tancap gas’ setelah menerima SK perbekel, karena merasa sudah legal. Tujuannya, menyosialisasikan seluas-luasnya tentang keberadaan Sekolah Perempuan Srikandi bagi kaum marginal, khususnya perempuan, disabilitas dan anak.
Yang dia tekankan adalah keberadaan pos aduan di lembaga pemberdayaan perempuan tingkat desa itu. “Siapapun di antara ibu-ibu yang mengalami atau melihat peristiwa kekerasan di lingkungan sekitar, bisa dilaporkan ke pos pengaduan Sekolah Perempuan Srikandi,” kata Radiah.
Selain kekerasan, pihaknya juga bertekad menekan angka perkawinan dini di wilayah kerja Sekolah Perempuan Srikandi. “Di dusun ini kan ada berbagai suku. Mungkin saja masih ada tradisi kawin muda. Nah itu juga yang ingin kami sadarkan,” imbuhnya.
Radiah menginformasikan, Sekretariat Pos Pengaduan Sekolah Perempuan Srikandi terletak di Kantor Perbekel Desa Dauh Puri Kaja. Dia berharap masyarakat sekitar memanfaatkan layanan gratis ini.
Jika ada pengauduan, Radiah menjelaskan, pihaknya akan mengarahkan langkah selanjutnya bersama stakeholder terkait, salah satunya UPTD PPPA Kota Denpasar.
Sementara itu, Kepala Dusun Wanasari Badrus Samsi mengungkapkan, meski wilayahnya tergolong padat penduduk dengan penduduk, terdiri dari 2287 Kepala Keluarga dan 10. 267 jiwa yang tersebar di sembilan RT, namun angka kekerasan relatif kecil, bahkan nihil karena dia tidak pernah menerima laporan.
Meski demikian, Badrus Samsi tidak ingin terlena. Sebab potensi kekerasan selalu mengintai. Untuk itu keberadaan Sekolah Perempuan Srikandi hasil binaan LSM Bali Sruti dengan KAPAL Perempuan ini dipandang sebagai hal yang sangat penting sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual.
“Yang terpenting lagi, Sekolah Perempuan Srikandi ini mampu menjadi wadah pemberdayaan sehingga kaum perempuan di dusun kami semakin terbuka wawasannya di segala bidang,” harapnya.
Tampil sebagai pemateri dari Bali Sruti yakni Sri Sulandari, S.Sos. MAP. Peserta sosialisasi terdiri dari ibu-ibu rumah tangga dan kaum disabilitas. Mereka juga mendapatkan layanan cek kesehatan gratis di akhir kegiatan. rl