Sambekala Ujung Tahun
Melepas pergantian tahun tidak hanya identik dengan pesta kembang api, petasan, ataupun riuh suara terompet. Tahun baru kerap menjadi momentum orang untuk menetapkan resolusi. Apakah resolusi di tahun 2023 menetapkan target baru atau masih melanjutkan target resolusi di tahun 2022 yang belum terpenuhi ? semuanya kembali berpulang kepada diri kita. Seberapa jauh kita secara sadar mampu memaknai perjalanan kita selama satu tahun. Orang bijak pernah mengatakan bahwa masa lalu adalah urusan perasaan dan masa depan adalah urusan pemikiran. Pola pikir yang kritis perlu dimiliki untuk merencanakan target resolusi di tahun depan.
Banyak pengalaman hidup dari serangkaian peristiwa yang telah terjadi selama setahun terakhir dapat kita jadikan cerminan diri dalam membidik target di tahun 2023. Barangkali masih segar dalam ingatan insiden memilukan yang terjadi Kanjuruhan pada awal Oktober 2022. Kala itu pertandingan berakhir untuk kemenangan tim tamu, Persebaya, sekaligus memupus rekor 23 tahun Arema tidak pernah kalah ketika bermain di kandang. Kondisi ini mengecewakan suporter tuan rumah, yang akhirnya berujung pada penembakkan gas air mata ke tribune penonton dan menelan ratusan korban jiwa. Peristiwa itU seolah kontras dengan ekspresi kekalahan dari pelatih, pemain, dan suporter Jepang pada perhelatan Piala Dunia tahun ini. Gestur membungkukkan badan yang dilakukan pelatih Jepang dan para pemainnya menjadi catatan tersendiri dalam memaknai sebuah perjuangan. Tidak hanya itu, perilaku suporter Jepang yang membersihkan tribune penonton menjadi sebuah pembelajaran yang berharga tentang bagaimana menerima kekalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pertandingan.
Kedua realitas tersebut memberikan catatan penting untuk merekonstruksi kembali pandangan kita mengenai cara kita dalam memandang sesuatu. Seringkali kita terjebak pada dua pilihan yang saling meniadakan, menang-kalah, berhasil –gagal. Ketika realitas yang kita terima dalam bentuk kekalahan atau kegagalan seringkali emosi yang muncul adalah kekecewaan, kemarahan, dan emosi negatif lainnya, mengerdilkan semua proses yang telah dilalui. Padahal hidup ini lebih dari sekadar dikotomi menang-kalah. Hidup adalah soal seberapa banyak kita mau belajar dan menilai proses. Kemauan untuk mengambil perspektif inilah yang pada akhirnya membuat Jepang mampu menciptakan keajaiban berulang dengan melangkah ke babak 16 besar secara beruntun untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sama halnya seperti resolusi. Kegagalan dalam mencapai resolusi tidak lantas membuat kita mnejadi seorang manusia “gagal”. Psikolog Judith S Beck mengatakan bahwa ”masyarakat sering menetapkan resolusi yang sama dari tahun ke tahun karena mereka tidak pernah menguasainya”. Bukan rendahnya komitmen atau kemauan yang menyebabkan gagalnya resolusi, melainkan kita sering kali terjebak dalam pola pikir keliru untuk mencapai tujuan tersebut. Sederhananya kita tidak mau belajar. Menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan masalah yang sama, hanya akan membuat kita terjatuh di lubang yang sama.
Jangan biarkan “kegagalan” masa lalu mendikte masa depan kita. Belajar dari kegagalan dan segeralah bekerja. Apresiasi setiap kemenangan kecil untuk memotivasi kita bekerja lebih keras demi kemenangan yang lebih besar. Menjadi terlalu kritis terhadap diri sendiri dengan mengidentifikasi diri kita sebagai orang yang pernah “gagal” tidak akan membantu, karena hal itu akan membuat kita memusatkan semua perhatian dan energi pada pertanyaan “mengapa saya tidak bisa melakukan ini?”
Sikap keras terhadap diri sendiri bukan hanya tidak adil dan kasar, tetapi juga bukan resep untuk menjadi sukses. Jika kita mengatakan bahwa diri kita bodoh, tidak kompeten, atau lemah karena tidak memiliki tekad yang kuat, itu adalah cara singkat untuk menyimpulkan bahwa tidak ada gunanya mencoba.
Apalagi, tahun 2023 menjadi tahun Kelinci Air yang dalam Ramalan Shio Kelinci, tahun 2023 membawa banyak perubahan di dalam diri.Tahun 2023 menjadi tahun untuk melepaskan. Melepaskan apa yang tidak berhasil dalam hidupnya, melepaskan hubungan yang terasa sulit, melepaskan keterikatan dengan masa lalu. Optimisme yang dibawa oleh meredanya laju penyebaran Covid-19 harus kita manfaatkan dengan baik. Mari kita belajar dari apa yang sudah kita jalani selama satu tahun ini dan jadikan pengalaman itu sebagai fondasi dalam menyusun resolusi di tahun yang baru.
Susunlah “SMART” Resolution untuk meningkatkan pencapaian di tahun baru. Resolusi yang disusun hendaknya Specific, Measurable, Achievable, Relevant, and Time-bound. Artinya, resolusi yang dibuat harus spesifik, terukur, relevan, dan memiliki target waktu yang jelas. Seringkali orang membidik target terlalu tinggi, tidak relevan dan realistis. Target tinggi memang akan membuat kita lebih fokus dan mengumpulkan energi lebih besar untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, target tinggi itu juga menuntut keyakinan lebih besar bahwa kita mampu mencapai tujuan. Sayangnya, kembali lagi ketika pencapaian ini “gagal” semua emosi negatif muncul dan mempengaruhi pencapaian resolusi lainnya.
Meski demikian, bukan berarti kita tidak boleh memiliki target resolusi yang besar. Hal yang diperlukan adalah kita perlu memiliki pola pikir yang berbeda dalam memanadang target tersebut, misalnya dengan memecahnya menjadi beberapa bagian. Cara ini akan menghindarkan kita dari kekecewaan atau kehilangan motivasi jika target kecil itu tidak tercapai sehingga memberi kita peluang untuk bangkit kembali dan mengelola target berikutnya sedikit demi sedikit.
Tentu tidak menjadi soal jika seseorang tidak membuat resolusi dalam hidupnya, selagi setiap individu mampu memperbaiki diri secara berkelanjutan, mampu memenuhi setiap kebutuhan dan tidak tersesat dengan gaya hidup tidak sehat atau konsumtif. Jika tidak suka dengan kata resolusi, membuat catatan tentang rencana kecil pun bisa dijadikan pilihan yang lebih sederhana. Resolusi atau membuat rencana memang penting, tetapi lebih penting adalah bagaimana kita terus berusaha untuk mewujudkannya tanpa kenal putus asa.
Laksana sambekala yang senantiasa dinanti di penghujung hari, momen pergantian tahun selalu menjanjikan kehidupan baru. Sambutlah kedatangannya dengan semangat dan optimisme. Gunakan catatan resolusi sebagai peta jalan yang menuntun kita menuju pencapaian yang gemilang. Apakah kita bisa terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang, semua pilihan ada di tangan kita.