Rayakan Hari Jadi ke-250, Brand Asal Jerman Gelar Workshop dan Exhibition
GIANYAR, diaribali.com – Brand alas kaki asal Jerman, Birkenstock merayakan Hari Ulang Tahun ke- 250 dengan menggelar sebuah exhibition yang bertemakan “250th Cerita Birkenstock” di Titik Dua Spaces, Ubud, Gianyar, Selasa (3/9/2024).
Pameran ini menampilkan warisan dan evolusi dari merek ikonik yang telah menjadi pelopor dalam industri alas kaki dunia. Sejak tahun 1774, Birkenstock telah menghabiskan dua setengah abad membangun merek sepatu yang berakar pada tradisi dan kenyamanan keluarga. Hingga kini Birkenstock banyak dipakai orang di seluruh dunia dan menjadi tren fashion.
Birkenstock secara bertahap mengalami perubahan dan menjadi tren yang terus berkembang. Awalnya produk dari Birkenstock dianggap sebagai alas kaki yang kuno dan tidak modis. Namun pada tahun terakhir, Birkenstock bangkit kembali dengan gaya yang lebih modern dan menarik. Brand ini menyesuaikan diri dengan selera mode kontemporer dan menampilkan berbagai varian produk yang mengikuti tren terkini.
Selain pameran, juga dilangsungkan workshop dengan mendatangkan instruktur seniman ukir kulit, Ida Bagus Putra Baruna sekaligus sebagai pengelola Oka Kartini Art Centre. Dimana peserta workshop ini diikuti dari sejumlah influencer dan awak media. Mereka diberikan pelatihan dan disediakan alat pahat untuk mengukir gelang berbahan kulit sapi.
Ida Bagus Putra Baruna menuturkan, dirinya ditunjuk oleh pihak Birkenstock untuk mengisi workshop karena sejalan dengan gagasan Birkenstock yakni dapat mengolah bahan daur ulang menjadi sesuatu yang bernilai lebih dengan karya handmade.
“Produk yang kita hasilkan pada lokakarya ini adalah supaya bisa dipakai. Kulit sapi yang dipakai harus lembut didapatkan dari Jawa. Sekarang kita mengolah disini bagaimana pemahatannya, karena ini handmade, hanya memakai tangan,” jelasnya.
Bagi Ida Bagus Putra Baruna, Birkenstock konsen terhadap karya berbahan daur ulang. Terkhusus pada workshop, karya gelang ukiran Bali yang terbuat dari kulit sapi ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan krupuk yang dijual di pasar pada umumnya.
“Birkenstock pasti punya banyak limbah, dia tahu bagaimana cara mengolah limbah. Kalau kita ditanya bagaimana limbahnya, ya dipakai krupuk. Saya sebagai pengelola Oka Kartini Art Centre bergerak dibidang penyelamatan seni dan budaya termasuk pembuatan ukir kulit, kebetulan sejalan dengan Birkenstock,” ujarnya.
Ia merasa bangga sebagai satu-satunya seniman ukir kulit dari Bali yang dilibatkan oleh brand alas kaki ternama dunia Birkenstock, untuk memberikan pelatihan selama 5 hari yang diikuti total ratusan peserta.
“ya saya satu-satunya seniman ukir kulit yang dipilih untuk mengisi kegiatan Workshop Birkenstock, bangga saya,” imbuhnya. Zor