iklan warmadewa iklan warmadewa stikom bali

Rangkaian Dies ke-60, Unud Gelar Semnas Hadirkan Gubernur Bali

Rangkaian Dies ke-60, Unud Gelar Semnas Hadirkan Gubernur Bali

DENPASAR, diaribali.com-Serangkaian Dies Natalis ke-60 yang puncaknya 29 September 2022, Universitas Udayana (Unud) menggelar Seminar Nasional “Kebijakan Pariwisata dan Ketahanan Pangan” pada Rabu (21/9) bertempat di Gedung Agrokomplek, Kampus Unud Sudirman, Denpasar.

Ketua Panitia Dies Natalis Ke-60 Unud, Dr. Ir. I Gede Suarta M.Si, menyampaikan, seminar ini dilaksanakan secara hybrid. Dihadiri sekitar 500 peserta yang hadir secara daring dan luring.

Dia melaporkan, rangkaian kegiatan Dies Natalis sudah dilakukan dari Agustus lalu. Diawali Napak Tilas Perjalanan Prabu Udayana. Kemudian donor darah sebagai bentuk kepedulian pada sesama. Donor darah itu berhasil mengumpulkan sekitar 300 kantong darah.

Baca juga Fapet Unud Kirim 118 Mahasiswa Keluar Kampus, Ikuti Magang Industri

Serangkaian Dies Natalis Unud, panitia juga melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di Nusa Penida berkolaborasi dengan LPPM. “Selanjutnya tanggal 24 September akan diadakan acara kekeluargaan mengundang seluruh civitas akademika. Tanggal 29 sebagai puncak dies,” kata Suarta.

Rektor Unud yang diwakili Wakil Rektor Prof. Maya Temaja mengungkapkan, sangat berbangga dan berbahagia atas kehadiran Gubernur Bali dalam Seminar Nasional “Kebijakan Pariwisata dan Ketahanan Pangan”.

Ia menjelaskan, tema ini sangat penting karena Pulau Bali sebagai tujuan pariwisata dan sektor ini memiliki kontribusi sangat besar terhadap perekonomian Bali.

Baca juga Fapet Unud Kembangkan Industri Pakan Mini di Desa Banjarangkan

BACA JUGA:  Sat Pol PP Denpasar Tertibkan Gepeng di Traffic Light Simpang Tohpati

“Sangat disayangkan dengan pandemi, Bali kembali ke titik nol. Pandemi memberikan dampak yang sangat besar,” ujarnya. Prof. Maya Temaja mengapresiasi gerak cepat kebijakan Gubernur Bali dengan berbagai program solusi untuk memulihkan pariwisata dan ekonomi Bali.

Ia melanjutkan, di masa pandemi, ketahanan pangan juga menjadi isu sentral pembangunan nasional. Ketahanan pangan merupakan salah satu sektor penentu stabilitas nasional. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. “Semoga dengan seminar ini mampu memberi kontribusi kepada pemerintah dan masyarakat,” imbuh Eai Temaja.

Gubernur Bali Wayan Koster, selalu pembicara utama menyampaikan, Provinsi Bali di bawah kepemimpinannya menekankan salah satunya perbaikan sektor pariwisata.

Baca juga BEM-KM Fapet Unud Gelar Panggung Apresiasi dan Festival Karya Produk

Bali, kata Koster, tidak memiliki kesiapan yang memadai untuk menjadi destinasi utama pariwisata berkelas dunia dan berdaya saing. “Bali tidak memiliki produk by design yang jadi daya tarik pariwisata kelas dunia, dan infrastruktur yang paling tidak memadai,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia gencar membangun infrastruktur. Pembangunan itu di antaranya penataan kawasan Besakih, pembangunan Shortcut Singaraja-Mengwi, Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi.

Pembangunan tiga pelabuhan, yakni Pelabuhan Sampalan di Nusa Penida, Pelabuhan Bias Munjul di Nusa Ceningan, dan Pelabuhan Sanur. Berikutnya pembangunan Marina Tourism Hub di Pelabuhan Benoa. “Desain pembangunan di pelabuhan itu memakai arsitek dari dosen Udayana,” katanya.

BACA JUGA:  Sat Pol PP Denpasar Tertibkan Gepeng di Traffic Light Simpang Tohpati

Baca juga FEB Unud Gelar Pengabdian Kepada Masyarakat Pengelolaan Limbah Ternak

Selain itu, tengah berjalan proyek pembangunan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di Gunaksa, Klungkung. PKB digadang-gadang menjadi daya tarik pariwisata baru. Gubernur juga membangun Turyapada Tower di Pegayaman, Buleleng. Selain sebagai solusi bagi Buleleng yang blank spot, tower terpadu multifungsi itu juga diproyeksi sebagai daya tarik wisata baru. Pembangunannya juga melibatkan para akademisi Unud.

Koster menyampaikan, ketahanan pangan atau kedaulatan pangan juga menjadi perhatiannya. Menurut dia, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok sehari-hari harus bisa terpenuhi dari hasil alam Bali. Yang tentunya diproduksi oleh petani, nelayan, perajin Bali; dan diperdagangkan dan dibeli oleh masyarakat Bali itu sendiri. rl

Sumber: unud.ac.id