Pencegahan Stunting di Kintamani ‘Banjir’ Hadiah
BANGLI, DiariBali
Kampanye pencegahan stunting di Wilayah Khusus Provinsi Bali berlanjut di Desa Daup, Kintamani, Bangli, Jumat (22/7). Menariknya, kampanye dibanjiri beberapa hadiah mulai dari uang tunai hingga gawai handphone.
Esensi sosialisasi tetap berjalan lancar, pemberian hadiah hanya sekadar memecah suasana tegang sehingga jalannya sosialisasi tidak formal. Disamping juga pemberian hadiah tidak hanya diberikan begitu saja, masyarakat diuji kemampuannya menangkap materi sosialisasi untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi.
Perbekel Desa Daup I Dewa Nyoman Saliawan mengaku, di wilayahnya terdapat 10 bayi yang terindikasi stunting, namun perlu pendalaman dan intervensi pihak terkait. Pihaknya berharap dengan adanya kampanye pencegahan stunting oleh BKKBN dan Komisi IX DPR, warga Daup mendapatkan edukasi sehingga tidak ada kasus berikutnya.
Dewa Saliawan telah memprioritaskan program kesehatan penduduk dengan memanfaatkan dana desa. Hal inipun diapresiasi oleh BKKBN sebagai langkah cerdas di bidang peningkatan kualitas penduduk.
Kepala Dinas PMDPPKB Bangli, I Dewa Agung Putu Purnama, mengatakan, upaya pemerintah Kabupaten Bangli dalam menekan angka stunting di wilayahnya dengan mengajak seluruh pihak ikut serta menjalankan program percepatan penurunan angka stunting.
Khususnya lagi menggandeng muda-mudi yang notabene calon orangtua. Ia berharap, edukasi yang digelar mampu diserap kemudian diimplementasikan oleh warga karena sangat penting menjaga kualitas sumber daya manusia Bangli.
“Prevelensi stunting di Kabupaten Bangli saat ini adalah 11,8 persen. Jika dilihat ini masih di atas rata-rata Provinsi Bali yaitu 10,9 persen. Tentunya kita perlu meningkatkan kinerja hingga tingkat desa. Kami mengajak seluruh pihak untuk ikut serta menjalankan program penurunan stunting ini. Kita berharap stunting di Bangli bisa turun hingga sekitar 2 persen,” harapnya.
Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana mengingatkan stunting jangan dianggap persoalan sepele. Secara nasional, angka stunting nasional menembus 24,persen. Atau dengan kata lain, satu dari empat anak terjangkit stunting.
Ia pun mengapresiasi keseriusan Presiden Jokowi menurunkan prevalensi stunting dengan menerbitkan Perpres 72 tahun 2021. “Jika dibiarkan, stunting ini menjadi ancaman negara. Negara bisa lumpuh kalau penduduknya banyak yang sakit,” Kariyasa mengingatkan.
Khusus di Bali, jika berhasil menurunkan stunting menjadi nol atau zero stunting, akan menambah citra Bali sebagai daerah yang sehat dan bersih. Hal ini bisa “dijual” ke luar negeri untuk menunjang pariwisata.
Jika pariwisata berkembang, lanjut politisi PDIP ini, akan berdampak pada seluruh sektor kehidupan masyarakat Bali terutama sektor pertanian/perkebunan yang menjadi andalan warga Daup. (Art)