Pembentukan Perarem Pengendalian Rabies Pertama di Bali
KARANGASEM, diaribali.com- Sejak tahun 2016 lalu, kegiatan pengabdian masyarakat dengan program pemberdayaan kader rabies desa dengan pendekatan ‘one health’ telah mulai dilakukan di wilayah Sanur, Kota Denpasar.
Kemudian pada 2019 mulai dilaksanakan di wilayah Kecamatan Abang, Kabupten Karangasem. Berawal dari pembentukan peraturan desa hingga saat ini pembentukan perarem pengele yang pertama di Bali untuk pemeliharaan anjing dan kucing.
Pada 19 Maret 2022, dengan dihadiri sejumlah pejabat dan kalangan pemerhati hewan serta akademisi dari Universitas Udayana (Unud), telah berkumpul untuk merayakan bersama peresmian Peraturan Desa Adat pertama di Bali tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penanganan Anjing dan Kucing di wilayah Desa Adat Sega, Kabupaten Karangasem.
Petugas pada Bagian Humas Unud di Denpasar, Kamis (24/3) mengungkapkan, sejumlah pejabat yang hadir pada kesempatan itu, antara lain Wakil Bupati Karangasem, Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Dinas Pemajuan Desa Adat Provinsi Bali, Bendesa Adat Sega, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Puskesmas Abang 2, Universitas Udayana (Program Studi Megister Kesehatan Masyarakat dan Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran; dan Fakultas Kedokteran Hewan), serta Pusat Inovasi Kesehatan Masyarakat (CPHI) dan Yayasan Bali Animal Welfare Association (BAWA), Four Pows.
Perarem ini lebih menekankan pada implementasi konsep ‘one health’ di lapangan seperti melarang tindakan kekejaman terhadap hewan dan menjelaskan perawatan yang tepat untuk hewan (kesehatan hewan) guna memastikan keamanan, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat (kesehatan manusia). Perarem ini adalah salah satu puncak keberhasilan dalam menjalankan Program Dharma, yaitu sebuah program kolaborasi kesehatan berbasis masyarakat dengan menerapkan konsep ‘one health’ di wilayah setempat, ujar petugas.
Hal ini juga sejalan dengan konsep Tri Hita Karana di Bali yang menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia, hewan dan lingkungan. Program Dharma didasarkan pada konsep bahwa kesehatan manusia dan kesehatan hewan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dengan tujuan utamanya adalah menjaga anjing di masyarakat tetap sehat, aman, dan terlindungi dari virus rabies, sehingga melindungi populasi manusia. Hal ini mencakup komponen-komponen penting sebagai berikut:
1. Menyadarkan masyarakat akan risiko rabies serta dapat melakukan upaya penatalaksaan yang tepat apabila terkena gigitan hewan penular rabies.
2. Melakukan vaksinasi rabies terhadap anjing dan kucing secara rutin pada populasi di atas 70% untuk membangun dan memelihara kekebalan kelompok (Herd Immunity).
3. Mensterilkan anjing dan kucing dalam jumlah yang cukup untuk mencegah kelahiran hewan yang tidak diinginkan dan tidak dirawat di masyarakat.
4. Menjaga populasi anjing dan kucing yang sehat dan tervaksinasi melalui perawatan dan pengobatan Kesehatan hewan yang tepat, serta melarang segala bentuk tindakan kekejaman termasuk penelantaran terhadap hewan.
5. Mencegah konsumsi makanan berbahan dasar daging anjing dan kucing terkait kesejahteraan, perlindungan hewan dan pencegahan rabies
6. Mengelola sampah desa dengan baik sehingga tidak menjadi sumber penyakit dan makanan hewan. rl