PBM Unwar Wujudkan Unpaz Green Kampus di Timor Leste

Timor Leste, diaribali.com–
Universitas Warmadewa (Unwar) melalui tim Program Bebasis Masyarakat (PBM) dan kerja sama Internasional mewujudkan Universitas Da Paz (Unpaz) sebagai Green Kampus Timor Leste. Langkah ini diambil sebagai langkah tantangan global, perubahan iklim, degradasi lingkungan dan keterbatasan sumber daya alam dalam upaya efisiensi sumber energi dan menjadi kebutuhan kampus di masa mendatang.
Adapun Tim Perguruan Tinggi Pengusul dari Unwar yaitu Dr. Ir. Agus Kurniawan, ST., MT., IPM,
Dr. I Nyoman Nuri Arthana, ST., MT bersama
mahasiswa Olivio Pinto Da Silva, dan
Abhijana Bagus Prawina Kurniawan. Sementara dari pihak Unpaz didampingi oleh
José Manuel Maniquin, Ap., Lic.Eng., M.Arch,
Olinda Rodriguez, Ap., Lic.Eng., M.Arch, dan
Agostinho Soriano, Ap., Lic.Eng., M.T.
Mengusung konsep “Pemberdayaan Masyarakat Kampus Dalam Mewujudkan Universitas Da Paz
Sebagai Green Campus Di Timor- Leste” bukan tanpa alasan. Melihat secara geografis, Unpaz berada di wilayah Liquiça–Dili, dengan iklim tropis yang memiliki musim hujan dan kemarau ekstrem. Kondisi topografi berbukit dan berbatasan dengan pesisir menambah kompleksitas pengelolaan lingkungannya.
Ketua Tim PBM Agus Kurniawan mengungkapkan, pemberdayaan masyarakat kampus dalam mewujudkan Green Campus, Unpaz dirumuskan enam langkah strategis untuk membangun kampus yang ramah lingkungan sekaligus berdaya saing.
Pertama, meningkatkan pemahaman seluruh sivitas akademika mengenai konsep Green Campus melalui edukasi dan sosialisasi yang berkesinambungan. Kedua, mengembangkan infrastruktur hijau yang hemat energi dan air, sehingga operasional kampus menjadi lebih efisien. Ketiga, menerapkan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), lengkap dengan pembentukan bank sampah kampus.
Keempat, mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam kebijakan resmi dan kurikulum pembelajaran. Kelima, membangun kemitraan strategis lintas sektor—mulai dari pemerintah, swasta, hingga komunitas—untuk memperkuat implementasi program. Dan keenam, mendorong keterlibatan aktif mahasiswa melalui skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), sehingga pembelajaran berbasis lingkungan dapat diimplementasikan secara langsung di lapangan.
Dikatakan, mewujudkan langkah menuju green kampus tidak serta merta tanpa tantangan, adapun tantangan yang dihadapi Unpaz mencakup masih rendahnya kesadaran lingkungan di kalangan mahasiswa dan staf, minimnya partisipasi dalam program ramah lingkungan, keterbatasan infrastruktur hijau, serta belum adanya kebijakan internal yang mengikat.
Meski ada tantangan, untuk mengatasi hal tersebut disiapkan solusi yang dirancang Unpaz bersifat menyeluruh, mencakup empat pilar utama. Pertama, edukasi dan kesadaran. Kedua, pengembangan infrastruktur hijau. Ketiga, pengelolaan sampah berkelanjutan.
“Unpaz menerapkan pemilahan sampah sejak dari sumbernya, membentuk bank sampah kampus, dan menggelar kampanye bebas plastik sekali pakai untuk menekan volume limbah,” sambung José Manuel Maniquin.
Jose menambahkan, langkah yang ditempuh mewujudkan green kampus ini meliputi perumusan regulasi kampus hijau yang mengikat, sekaligus membangun kerja sama erat dengan pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal guna memastikan keberlanjutan program.
Dari sisi efisiensi energi, lnajur Jose, Unpaz mengganti setengah dari sistem pencahayaannya dengan lampu LED hemat energi. Perubahan ini menghasilkan penghematan listrik sekitar 25% setiap bulan.
Program Green Campus Unpaz terbukti membawa dampak nyata bagi berbagai pihak. Bagi kampus, lingkungan menjadi lebih nyaman, sehat, dan efisien. Pengeluaran untuk listrik dan air berkurang signifikan, sementara citra institusi meningkat sebagai pelopor kampus berkelanjutan di Timor-Leste.
Bagi sivitas akademika, program ini memperkaya keterampilan praktis mulai dari teknologi energi terbarukan, konservasi air, hingga pengelolaan sampah terpadu. Bagi masyarakat, ada akses langsung ke teknologi sederhana yang bisa diterapkan di rumah, serta peluang ekonomi baru dari kegiatan bank sampah.
Harapannya transformasi ini tidak hanya memberi manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi bagi kampus, tetapi juga menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi lain di Timor-Leste dan kawasan regional. Sebagaimana dikatakan salah satu pengelola program. “Menjadi hijau bukan hanya pilihan, tetapi tanggung jawab kita bersama untuk masa depan yang lebih baik,” pungkas Jose. (Art).