Pascasarjana Unud Gelar Sharing Session Tentang Transdisipliner

d1

DENPASAR, diaribali.com-Pascasarjana Universitas Udayana (Unud) mengadakan acara diskusi atau Sharing Session di penghujung bulan Mei 2022, yang bertajuk “Transdisciplinary Approach in Research and Education” dilakukan secara hybrid bertempat di Aula Pascasarjana Unud Denpasar.

Sharing Session “Transdisciplinary Approach in Research and Education” dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Udayana yang diwakili oleh Direktur Pascasarjana Prof Ir Linawati MEngSc PhD, yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa dengan diselenggarakannya acara ini, maka diharapkan dapat memberi wawasan luas tentang transdisipliner.

“Transdisipliner mampu memberikan peluang untuk melampaui disiplin individu untuk berkolaborasi membangun pengetahuan dan menciptakan solusi untuk masalah global,” ungkap Prof Linawati.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr Daniel Churchill yang merupakan Academic Unit of Teacher Education and Learning Leadership The University of Hong Kong dengan dipandu oleh moderator Dr Ngurah Indra ER ST MSc yang merupakan UPIKS Pascasarjana. Adapun peserta yang hadir terdiri dari Direktur/Dekan, Dosen dan mahasiswa PTN/PTS Pascasarjana Provinsi Bali.

Dr Daniel Churchill dalam presentasinya menjelaskan tantangan masa kini yang besar dan kompleks tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan disiplin tradisional. Pendekatan yang digunakan haruslah yang transdisiplin.

“Pembelajaran transdisipliner adalah eksplorasi konsep, isu atau masalah yang relevan yang mengintegrasikan perspektif berbagai disiplin ilmu untuk menghubungkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih dalam terhadap pengalaman kehidupan nyata,” ungkap Dr Daniel.

BACA JUGA:  Yunita Oktarini Sasar Lansia, Difabel, hingga Masyarakat Miskin Peringati Hari Ibu

Lebih lanjut, Dr Daniel menjelasakan konsep pembelajaran transdisiplin merupakan tingkat kolaborasi yang utama untuk membangun disiplin-disiplin baru. Praktik terbaik dalam lingkungan transdisipliner adalah dengan tidak mengkotak-kotakkan pembelajaran, melainkan mengeksplorasi konten dalam konteks penyelidikan. Pembelajaran transdisipliner mengharuskan semua pengajar terlibat dan berkolaborasi.

“Penting untuk dicatat bahwa tujuan utama pembelajaran transdisipliner adalah untuk memahami dunia di sekitar kita, dan bahwa pembelajaran harus disesuaikan konteksnya dan diterapkan pada kehidupan nyata, jauh melampaui gagasan tradisional tentang ‘sekolah’ pada umumnya,” imbuhnya, menegaskan.

“Belajar dan Mengajar”, Dr Daniel menjelaskan bahwa kutipan tersebut memiliki makna “Ini memiliki relevansi di seluruh mata pelajaran dan melampaui batas-batas mata pelajaran untuk terhubung ke dunia nyata” dan “transdisipliner berbeda dari multidisiplin dan interdisiplin karena tujuannya dan pemahamannya terhadap kondisi dunia saat ini” .

“Pendekatan ini (transdisipliner, red) tidak eksklusif untuk PYP. Banyak dari apa yang anak-anak lakukan secara alami adalah transdisipliner saat mereka bermain, membangun, menemukan, menciptakan, mempertanyakan, merancang, dan mengeksplorasi untuk memahami orang, tempat, benda, dan peristiwa dalam hidup mereka,” jelas Dr Daniel.

Di akhir diskusi, Dr Daniel Churchill menyimpulkan bahwa tujuan pendekatan transdisiplin dalam pembelajaran dan riset adalah meningkatnya pembangunan ekonomi, pembangunan individu, dan pada akhirnya tercapainya dunia yang lebih baik. rl

Sumber: www.unud.ac.id