Olah Limbah Kulit Kopi jadi Kompos

Capture

DENPASAR, diaribali.com-Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dikenal sebagai penghasil kopi. Namun limbahnya belum sepenuhnya bisa diolah oleh masyarakat setempat.

Kelompok Wanita Tani Widya Pertiwi, salah satu penghasil limbah kulit kopi belum sepenuhnya mampu mengelola dan menghasilkan pupuk organik kompos hingga dipasarkan, sehingga berlimpahnya limbah di kelompok masih belum tertangani dengan baik dan berpotensi mencemari lingkungan.

Fenomena inilah yang menarik perhatian para dosen Universitas Warmadewa (Unwar) dibantu sejumlah mahasiswa untuk berkontribusi melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

“Oleh karena itu perlu upaya pengembangan untuk mengatasi masalah limbah ini dengan cara mengolah limbah kulit kopi menjadi kompos,” kata Ketua Pengabdi Dr. Ir. Yohanes Parlindungan Situmeang, M.Si. didampingi anggota Dr. Ir. I Dewa Nyoman Sudita, M.P. dan Ketut Selamat, SE. M.Si. serta enam mahasiswa.

Kompos, kata Yohanes, merupakan hasil fermentasi dari limbah kulit kopi yang diperkaya dengan limbah pemangkasan tanaman kopi, sekam padi yang dipercepat dengan disiram merata dengan larutan fermentor dan molase.

Pupuk kompos bila diaplikasikan ke tanah dapat meretensi hara dan air, meningkatkan kehidupan mikroba dalam tanah dan memperbaiki kesuburan tanah dan hasil tanaman.

Dalam PKM ini, mitra diperkenalkan dan dilatih tentang teknologi pembuatan kompos dan pengelolaan usaha tani kopi hingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi kelompok mitra.

“Permasalahan yang kami temukan di mitra adalah masalah limbah kulit kopi yang belum tertangani dengan baik, dan masalah transfer teknologi pembuatan pupuk kompos yang belum sepenuhnya dipahami di mitra, serta masalah manajemen usaha tani yang terkait dengan penguatan kelompok,” akunya.

BACA JUGA:  Nyoman Kenak Nahkodai MGPSSR Pusat

Pengabdian di Desa Belantih ini dilaksanakan melalui pelatihan, penyuluhan, serta pembinaan dan pendampingan. Hasil yang diperoleh dari program PKM berupa paket teknologi pembuatan pupuk kompos. Target PKM yang ingin dicapai berupa paket teknologi pembuatan kompos hingga pengemasan dan penguatan manajemen usaha kelompok yang optimal dan terintegrasi sumber daya alam yang tersedia.

Setelah penyuluhan dan tanya jawab, tim PKM langsung mengajak mitra praktik mengolah kompos. Kompos yang dihasilkan dapat diaplikasikan ke tanah pertanian untuk memperbaiki sifat fisik tanah yang secara keseluruhan memulihkan kesuburan tanah.

Lalu dilakukan serah terima alat mesin pencacah daun dan ranting kepada kelompok tani Widya Satwa kepada ketua kelompok tani, Ni Wayan Sukarini. Dengan penyerahan mesin pencacah ini diharapkan kelompok dapat memanfaatkan mesin ini untuk membantu kelompok mengecilkan ukuran dari limbah daun dan ranting bekas pemangkasan kopi.

Daun dan ranting yang sudah halus ini diharapkan dapat mempercepat proses pengomposan. “Pengabdian ini terlaksana berkat kerjasama yang baik dengan Mitra Kelompok Wanita Tani Widya Pertiwi, Desa Belantih Kec Kintamani yang beranggotakan 20 orang,” tutup Yohanes. rl