Ngaben Massal Pulasari Termegah, Habiskan Biaya 1,5 Miliar

WhatsApp Image 2022-07-30 at 1.23.19 PM
Lembu Petulangan Ngaben Massal Warga Dalem Tarukan.

MANGGIS,DiariBali-
Ngaben massal Pasemetonan Para Gotra Sentana Dalem Tarukan (PGSDT) se-Kecamatan Manggis menyedot perhatian masyarakat Antiga khusunya dan Bali pada umunya. Pasalnya dalam pitra yadnya ini pecahkah rekor petulangan lembu terbesar dengan tinggi 10 meter dan Bade setinggi 17 meter, Jumat (29/7).

Dengan rangkaian upacara yang megah ini, tak tanggung-tanggung menghabiskan biaya sekitar 1,5 miliar. Namun, biaya sebesar itu terasa ringan bagi warga Pulasari. Karena beban sebesar itu akan dipikul bersama-sama seluruh warga baik yang memiliki sawa atau tidak dengan besar urunan hanya Rp 1,5 juta.

Tak kalah menarik, upacara ngaben massal ini membius masyarakat untuk hadir menontonan sehingga warga tumpah ruah untuk menyaksikan megahnya Bade tumpang 7 dan lembu yang berukuran raksasa ini.

Sebanyak 151 sawa akan diikutkan dalam rangkaian ngaben massal kali ini yang diikuti 10 dadia Sentana Dalem Tarukan se-Kecamatan Manggis yang berpusat di Banjar Yeh Malet, Desa Antiga Kelod, Kec. Manggis, Karangasem.

Seluruh perlengkapan dan sarana upacara telah dipersiapkan sejak 3 bulan terakhir yang mulai pada tanggal 1 Mei. Bermodal semamgat gotong-royong dan rasa menyama seken semua perlengkapan dapat dipersiapkan bersama dengan lancar sehingga masuk kepuncak acara Ngaben ini.

Ketua Panitia ngaben masal I Wayan Suwita Ariana, S.Pd, disela-sela ngaben mengatakan, puncak upacara ngaben diawali dengan prosesi ngening dsri pagi hari. Uapacara ini bertujuan untuk menyucikan sekah atau arwah yang sudah disucikan sebelumnya dan untuk mengheningkan pikiran menjelang upacara puncak agar apa yang menjadi harapan tercapai dengan lancar. Kemudian dilanjutkan upacara Narpana untuk memberi suguhan kepada sang pitara yang hendak diaben.

BACA JUGA:  Rakernas ke-3 JMSI Akan Digelar di Samarinda, Ini Pesan Cok Ace

Upacara Pitra Yadnya ini dipuput oleh empat sulinggih Siwa-Buddha yaitu pedanda Gede Piling Pinatih dari gria Sidemen, Pedanda Istri Sri Jelantik dari grya Duda, Pedanda Istri Oka dari grya bukit catu, dan Ida Pedanda Gede Wayan Datah dari grya Budakeling.

Suita mengaskan, lembu yang dibuat berukuran besar ini tidak semata-mata untuk ajang pamer atau jor-joran. Namun karena kebutuhan akan tempat untuk menampung sawa dan piranti upacara seperti sekah dan kajang yang merupakan satu kesatuan dalam perspektif pitra yadnya Sawa Perteka.

Upacara Pitra Yadnya Sawa Perteka, lanjut guru Suita, dilakukan secara konsisten ini berdasarkan Bhisama leluhur dan merupakan warisan budaya yang perlu dijaga dan dipertahan di tanah Bali.

“Kami sebagai umat Hindu Bali, sangat ingin mengajegkan kesakralan, kesucian, semangat gotong-royong mulai dari warga dadia maupun desa,” ungkapnya.

Krama pengusungan bade dan lembu turut dibantu oleh Bala Praja Ksatria Kampuh Poleng Tanpa Tepi se-Bali, pasemtonan Dalem Mangori atau semeton Tutuan, dan perguruan pencak silat Kertha Wisesa Bali untuk menyukseskan rangkaian upacara yang dilaksanakan kali ini.

“Dengan biaya 1,5 miliar tidak terasa beban bagi kami, karena dilandasi dengan semangat gotong- royong dengan jumlah peseta ngaben sebanyak 950 KK yang akan dipikul bersama sama rata,” tambahnya kembali mengaskan.

Lebih jauh ia mengungkapkan, rangkaian upacara selesai ngaben ini akan dilanjutkan dengan upacara pangelemek, mecaru setiap desa, ngresi gana dan suda Bumi. Kemudian dilanjutkan ngeroras, mendak nuntun, dan ngenteg linggih serentak. (Art).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *