Mengenal Lebih Dekat Gamelan Pini Sepuh Gambang

Jero Mangku I Wayan Cenik
Jero Mangku I Wayan Cenik

Jero Mangku I Wayan Cenik

Karangasem- Diari Bali
Gamelan menjadi alat musik asli Nusantara yang menghasilkan bunyi- bunyian yang artisitik bahkan juga menyisakan nuansa sufiistik nan mistik. Mendengar bunyi gamelan bagi orang yang memahami maka akan memasuki dimensi rohani dalam ritualitas konfirmasi diri karena pada hakekatnya tiap- tiap instrumen gamelan adalah ajaran hidup yang luhur dengan makna filosofi yang dalam.

Seniman alam Jero Mangku I Wayan Cenik asal Desa Selat Duda, Kabupaten Karangasem kepada DiariBali.com, Jumat (14/5) ketika ditemui di kediamannya mengaku tetap konsisten menjaga dan melestarikan gambelan pini sepuh (paling tua) yaitu gambang yang memiliki arti gamblang atau jelas, maksud dan pesannya tersampaikan dengan sangat jelas.

Selain itu, gambang berarti seimbang yang menunjukkan adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, keseimbangan kebutuhan lahir dan batin.

“Pembuatan gambelan tua ini patut melalui prosesi secara niskala berupa banten sesantun memohon ijin kepada Ida Hyang Kawi sebagai dewa yang berstana pada gambelan,” ujarnya, Jumat (14/5).

Sebagai umat Hindu percaya dengan kekuatan magis segala sesuatunya patut diupacarai yang akan memberikan vibrasi kekuatan sehingga dapat dipergunakan sebagai iringan dalam upacara keagamaan baik dewa yadnya, pitra yadnya, manusa yadnya sesuai desa kalapatra.

“Gambang silih tunggil gambelan sakral, sang sane jagi malajah patut ngamargiang pembersihan sakadi mawinten saraswati atau pengidep ati memohon waranugraha kepada dewa yang berstana di gambelan gambang dengan sarana banten pejati,” paparnya penuh tebar kerendahan hati yang juga sang komposer angklung tersebut.

BACA JUGA:  Hari Suci Saraswati, Mempermulia Diri dengan "Kaweruhan" Pantang Membaca dan Menulis

Lebih jauh, Cenik mengungkapkan sebelum menjalani proses pawintenan belum diperbolehkan memainkan gambelan tua ini. Ketika hal tersebut tidak dilalui dengan proses baik dan benar, akan tersesat dalam memainkannya (lupa nada red). Prosesi pewintenan sangatlah menjadi tolak ukur dalam menekuni dan mendalami instrumen ini yang ditransformasi dari gending- gending kekidungan Bali (sekar madia).

Gambelan gambang adalah bagian dari pelengkap dalam tatanan upacara dewa yadnya (karya agung), pitra yadnya (memukur). Tirta sudamala kerap dikatakan yang berasal dari gambang dipercaya sebagai menetralisir mala yang dapat memberikan vibrasi kekuatan sang nangun yadnya.

“Dalam upacara pitra yadnya patut menggunakan gambang pada hari ngaskara, yang bermakna upacara ayu seperti halnya pawintenan,” katanya.

Dalam lontar Panca Pagendra tertuang konsep tata letak gambang ditempatkan secara khusus, berbeda pada gambelan pada umumnya. Pada upacara pitra yadnya utamanya memukur tempat yang tepat adalah didepan pelinggih catur kangin atau tenggara.

“Astungkara saya dianugrahi wara nugraha, bisa membuat gambelan gambang serta memainkan tanpa ada halangan. suatu kebanggaan bagi kami bisa memainkan gambelan sakral ini. Bagi kami ini adalah suatu anugrah hyang Kawi yang pernah kami terima,” katanya dengan penuh rasa puji syukur.

Dikatakan, satu barung gambelan gambang terdiri dari gangsa alit dan agung, gambang yang terbuat dari bambu petung terdiri dari empat tungguh, masing- masing tungguh memiliki nama yang berbeda yakni menanga, penyelah, pemero, pametit. Dari bagian ini jadilah satu barung gambelan gambang.

BACA JUGA:  Bertepatan Pagerwesi, Prosesi Mejaya Jaya Jaya Negara dan Arya Wibawa Jelang Pelantikan

“Bagi pecinta dan pemain, perangkat ini boleh dikembangkan tiga kali lipat sesuai kepentingan untuk menambah suasana. Namun, untuk keperluan yadnya cukup enam tungguh” katanya disela proses pengecatan bilah.

Sejauh ini karyanya sudah tersebar diseluruh Bali “Semoga berguna dan bermanfaat untuk masyarakat itu adalah bentuk yadnya kami, Mari kita jaga warisan leluhur yang adi luhung ini, kalau bukan generasi Bali yang menekuni, melestarikan dan mengembangkan, siapa yang patut kita handalkan,” ajaknya

Banyak gambelan kuno dikuasainya, tidak hanya gambang dirinya juga menekuni angklung, caruk, gender wayang, saron selonding, gong kebyar, rindik, balaganjur terbukti dengan jnana yang dimiliki dirinya berhasil menghantarkan ke event- event besar di Bali baik menjadi penabuh, pembina maupun komposer. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *