Koster: Bali Tidak Sepi, Kunjungan Wisman Meningkat

IMG-20251228-WA0055
Gubernur Bali Wayan Koster saat mengenakan Kalung bunga kepada Wisman yang tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai, Minggu (28/12).

Badung,diaribali.com
Gubernur Bali Wayan Koster menepis kabar penurunan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali di penghujung 2025. Data di Bandara I Gusti Ngurah Rai justru menunjukkan tren sebaliknya: jumlah wisman meningkat signifikan, sementara wisatawan domestik mengalami penurunan.

Koster menyampaikan hal itu usai memimpin rapat koordinasi kesiapan layanan akhir tahun bersama Angkasa Pura, Imigrasi, dan sejumlah pemangku kepentingan di Bandara Ngurah Rai, Minggu (28/12/2025). Ia juga meninjau langsung arus kedatangan internasional.

“Pada 2024 jumlah wisman mencapai 6,3 juta orang. Sampai 26 Desember 2025 sudah 6,9 juta orang. Artinya ada kenaikan sekitar 600 ribu,” ujar Koster.

Dengan rata-rata kedatangan 23.000–24.000 wisman per hari, Koster memperkirakan hingga 31 Desember 2025 jumlah wisman akan menembus 7,05 juta orang. Angka ini menandai pertumbuhan tahunan lebih dari 600 ribu kunjungan.

Namun, cerita berbeda datang dari wisatawan domestik. Hingga 26 Desember 2025, jumlah kunjungan wisatawan nusantara baru mencapai 9,2 juta orang, turun dari 10,1 juta orang pada periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir tahun, Koster memperkirakan jumlahnya hanya akan mencapai sekitar 9,4 juta orang.
“Penurunannya sekitar 600 sampai 700 ribu wisatawan,” kata Koster.

Penurunan wisatawan domestik ini berdampak pada total kunjungan wisatawan ke Bali. Jika pada 2024 jumlah wisman dan wisnus mencapai 16,4 juta orang, maka hingga akhir 2025 diperkirakan turun sekitar 200 ribu orang.

Koster menilai penyebab utama turunnya wisatawan domestik adalah berkurangnya penerbangan dalam negeri. Jumlah maskapai domestik yang melayani Bali turun dari 13 menjadi 11, sementara rute menyusut dari 25 menjadi 23.

“Sebagian armada Garuda dan Citilink harus masuk perawatan karena jatuh tempo. Akibatnya frekuensi penerbangan berkurang dan pesawat ke Bali selalu penuh,” ujar Koster.

Situasi ini berbanding terbalik dengan penerbangan internasional. Sepanjang 2025, Bandara Ngurah Rai dilayani 46 maskapai internasional dengan 44 rute, meningkat dari 43 maskapai dan 40 rute pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, tingkat hunian hotel menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 berada di kisaran 75–85 persen, sedikit lebih baik dibanding tahun lalu. Namun, secara tahunan, tingkat hunian hotel justru terkoreksi sekitar 4 persen.
Koster menyebut meningkatnya pilihan akomodasi non-hotel—seperti vila dan rumah pribadi yang tidak terdaftar dan tidak membayar pajak—menjadi salah satu penyebab hunian hotel tidak sejalan dengan lonjakan wisman.
“Wisatawan datang, tapi tidak semuanya tercatat dalam ekosistem pariwisata formal,” ujarnya.
Faktor cuaca juga turut memengaruhi. Curah hujan sedang hingga lebat dan banjir di sejumlah titik membuat banyak wisatawan memilih bertahan di hotel dan mengurangi aktivitas luar ruang. Akibatnya, destinasi wisata terlihat lebih lengang meski tingkat hunian tinggi.

Di sisi pelayanan, Koster mengklaim terjadi perbaikan signifikan di Bandara Ngurah Rai. Waktu tunggu wisman, mulai dari imigrasi, visa on arrival, hingga pengambilan bagasi, kini ditekan menjadi kurang dari 57 menit—jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya yang bisa mencapai 1,5 jam. (Art)