KKN Kelompok 23 Unhi, Mahasiswa Beri Sosialisasi Pemberdayaan UMKM

IMG-20220824-WA0000
Mahasiswa KKN Unhi Kelompok 23 di Banjar Kayu Kapas, Kelurahan/Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

BANGLI,DiariBali.com-Sebagai bentuk implementasi Tri Dharma Pergurian Tinggi dilakuan Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar dengan menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam KKN ini berbagai kegiatan dilakukan Kelompok 23 selama satu bulan penuh di Banjar Kayu Kapas, Kelurahan/Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Salah satunya sosialisasi pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masyarakat setempat yang didominasi petani (jeruk), pedagang hingga pande besi.

Koordinator kegiatan, I Kadek Riki Mahardika, dikonfirmasi di lokasi KKN, beberapa waktu lalu menjelaskan, sumber daya buah jeruk cukup melimpah di desa tersebut.

Namun, harganya tidak stabil akibat tidak sesuainya persediaan dengan permintaan saat panen raya, gangguan hama, dan pemasaran yang belum berbasis teknologi informasi. “Persoalan-persoalan ini lah yang kami carikan solusi melalui program kerja kelompok kami,” kata Riki, mahasiswa asal Desa Antiga, Manggis, Karangasem ini.

Penyelenggaraan Yadnya, kata Riki, mampu menjadi pemutar roda perekonomian masyarakat Bali karena buah-buahan salah satu perangkat yang wajib ada. Untuk itu, pihaknya menyarankan, masyarakat Kayu Kapas memaksimalkan situasi ini.

Pun bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang dan perajin, pihaknya mengedukasi cara pemasaran produk melalui platform media sosial yang menjadi tren saat ini.

“Kami berupaya membangkitkan UMKM di desa ini, karena terbukti jadi tulang punggung perekonomian serta membuka lapangan kerja,” kata mahasiswa Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata tersebut.

BACA JUGA:  Pemkot Denpasar Terima LHP Belanja Daerah TA. 2023 dan 2024 dari BPK RI.

Ketua Lapangan Kelompok 23 Gede Anggria, menambahkan, kehidupan di Bali selalu berkaitan dengan upacara keagamaan. Dalam satu bulan saja ada puluhan hari raya keagamaan termasuk manusa yadnya bagi umat Hindu. Sehingga momentum ini dapat dijadikan proses kegiatan perputaran ekonomi.

Anggria mengakui, belum semua pelaku UMKM di Kayu Kapas memanfaatkan teknologi. “Kami lihat kebanyakan masih secara tradisional sehingga kami berharap kehadiran kami mampu merubah pola pemasaran mereka yang berujung pada peningkatan kesejahteraan,” kata dia.

Narasumber, Ida Bagus Dwi Prayoga mengatakan, upacara yadnya, tidak bisa dilepas dengan sarana dan prasarana yang digunakan. Biasanya, jika sedang dalam masa persiapan pasar-pasar tradisional terlihat ramai pembeli. Jika semua memanfaatkan produk lokal, maka akan menguntungkan petani.

Narasumber berikut, Ida Bagus Gede Prastawe membahas penyadaran dampak positif-negatif teknologi bagi masyarakat dari sisi filsafat. Ia mengingatkan, meski banyak membantu kehidupan sehari-hari, teknologi juga punya dampak negatif yang wajib dihindari.

“Dewasa ini, kita memang terjebak pada dua situasi yang tidak dapat dihindarkan dan seringkali masyarakat terjebak pada bungkusnya dan menghindari isinya. Dan ironinya kita pada akhirnya terjebak pada dunia yg palsu, akibat dari menghindar dari makna esensial,” pungkasnya.

Ketua STT Kayu Kapas Sang Gede Wira Putra mengatakan berkat adanya sosialisasi ini, pihaknya selaku generasi muda menyadari begitu bermanfaatnya teknologi di zaman sekarang yang mampu memperkenalkan produk hingga kebelahan dunia. Kegiatan ditutup dengan pemberian jamu tradisional dari Fakultas Ayurveda Unhi.

BACA JUGA:  Rakernas ke-3 JMSI Akan Digelar di Samarinda, Ini Pesan Cok Ace

Kelompok 23 dibimbing Dewa Nyoman Benni Kusyana, SE., MM., dan I Made Risma M. Arsha, SE.,M.Ec.,MM. Kegiatan ini diapresiasi Bendesa I Nengah Dawe. (Art).