Kebijakan atas Dedikasi, 12 Karyawan Perdiknas Terima Reward
DENPASAR,DiariBali.com–
Penghargaan atau reward di sebuah lembaga menjadi pemantik karyawan untuk bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan, pun sebaliknya. Dedikasi dan loyalitas karyawan akan memacu tumbuh berkembangnya kemajuan untuk mencapai visi-misi sebuah lembaga.
Seperti yang dijalankan Perdiknas. Sebanyak 12 orang karyawan/karyawati Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Denpasar, mendapatkan penghargaan atas segala loyalitas dan dedikasinya. Pemberian penghargaan ini juga rangkaian hari jadi ke-56 Yayasan Perdiknas.
Karyawan yang menerima penghargaan kategori 25 tahun kesetiaan, di antaranya Cenik Kastawa, SE; Ir. I Komang Agus Ariana, ST., MT; Dr. I Nyoman Sunarta, SE., M.Si., Ak., CA; Dr. I Nyoman Sedana, SE., M.I.Kom: Ni Made Muliani, SE; dan I Gede Wirata.
Untuk pengabdian dan kesetiaan 35 tahun diterima oleh, Ni Ketut Anjani, S.Sos., M.Fil.H; Ir. I Nengah Riana, ST., MT; I Dewa Nyoman Marsudiana, SE., MM; dan I Nyoman Suwirta Adnyana, SS.
Khusus untuk Sagung Putu Arsiani, S.IKom., serta Ni Wayan Arniti menerima tali asih dan dana kesehatan pegawai yang memasuki masa pensiun atau purnabakti. Penyerahan penghargaan dilakukan di Ruang Rapat Perdiknas Denpasar, Jumat (3/1/2025).
Ketua Perdiknas Dr. AAN Eddy Supriadinata Gorda, mengungkapkan, pemberian tali asih, reward (penghargaan) dan sejenisnya merupakan tradisi di yayasan yang ia pimpin sebagai upaya menyejahterakan keluarga besar yang telah mencurahkan waktu dan tenaganya demi kemajuan lembaga.
Setiap karyawan di Perdiknas, lanjut pemilik sapaan ESG ini, memiliki hak yang sama. Namun nominalnya telah ditetapkan berdasarkan sistem. Penerima penghargaan merupakan karyawan, guru dan dosen di setiap unit.
“Hal ini menjadi tradisi kami. Saat peringatan hari jadi setiap unit juga kita berikan reward. Termasuk untuk dosen yang lulus S3 dan produktif menulis jurnal,” kata ESG, didampingi Sekretaris Dr. KG Sri Dviya T. Amararaja dan Bendahara Wayan Sri Maitri.
Pihaknya menyadari, kepemimpinan Perdiknas di eranya masih jauh dari sempurna, sehingga untuk menutupinya, ia berusaha memberikan yang terbaik laiknya tiga sifat Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam teologi Hindu, yakni Pencipta, Pemelihara dan Pelebur.
“Setelah mereka masuk menjadi bagian Perdiknas artinya sudah tercipta. Lalu kita pelihara dan lebur kalau sudah pensiun dan yang gagal dibina di masing-masing unit,” jelasnya.
Saat ini, lanjut ESG, Perdiknas memiliki lebih dari 400 karyawan yang tersebar di masing-masing unit SMP Nasional, SMK Teknologi Nasional dan Universitas Pendidikan Nasional.
Masing-masing karyawan dan anak-anaknya, termasuk yang telah pensiun mendapatkan beasiswa pendidikan gratis jika memilih melanjutkan pendidikan di unit Perdiknas hingga sarjana. Bahkan hingga S2 dan S3 dengan ketentuan yang berlaku.
“Kalau S2 dan S3 ini kan ada syarat dan ketentuannya. Ini tergolong pendidikan dengan biaya tinggi. Tapi kami tetap berusaha membantu,” jelasnya.
Lebih lanjut, ESG menyebut dosen di Undiknas yang sedang menempuh studi S3 sebanyak 30 orang. Persentase dosen yang sudah S3 sebesar 41 persen. “Dosen yang S3 jika semua yang tugas belajar sudah tuntas 64 persen,” ujarnya.
Ia mengingatkan, sistem yang dibangun juga bisa “melebur” setiap karyawan yang dinilai tidak bisa dibina. Hal ini pernah terjadi di salah satu unit. Ketegasan ini bertujuan untuk membangun kenyamanan organisasi selain kenyamanan pribadi.
Selama kepemimpinannya, ESG berusaha menekan kegiatan seremonial, namun lebih fokus pada esensi yang bermanfaat bagi seluruh keluarga besar Perdiknas.
Atas nama Perdiknas, ia mengucapkan terima kasih atas dedikasi 12 orang, khususnya dua orang karyawati yang memasuki masa pensiun.
“Kami selaku pimpinan tentu tidak mengenal satu per satu karyawan yang jumlahnya ratusan. Tapi kebijakan yang kami buat pasti berkeadilan dan mengenal semua sesuai prestasi dan dedikasi mereka,” pungkasnya.
Sagung Arsiani, mengaku merasakan betul dampak positif dari kebijakan pimpinan Undiknas dan Perdiknas selama 38 tahun mengabdi. Bahkan ia dan tiga anaknya berkesempatan mengenyam pendidikan sarjana gratis di Undiknas.
Sagung Arsiani memulai karir sejak 1987, mulai dari bagian percetakan, keuangan unit Undiknas dan pegawai perpustakaan hingga akhir karirnya. “Saya bersyukur karena berkat bekerja di Perdiknas saya bisa menggapai sarjana dan tiga anak saya juga, bahkan gratis dari sejak SMP. Semua ditanggung,” kenang Sagung Arsiani.
Senada, Wayan Arniati tak bisa melupakan kenangan selama bergabung dengan Perdiknas sejak tahun 2000. Meski bertugas sebagai cleaning service, dirinya merasa bangga karena mendapatkan perlakuan yang sama dari pimpinan.
Kesetiaannya diuji ketika beberapa tahun tidak diangkat menjadi karyawati tetap. “Saya lama bersatus pegawai kontrak. Tapi akhirnya diangkat. Saya sabar karena nyaman, pimpinan juga baik,” kata Arniati.
Arniati alias Bu Desi dan rekannya merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas kebersihan di Undiknas dan Sekolah Pascasarjana. Pukul 06.30 WITA, tim cleaning service sudah bertugas memastikan kebersihan areal kampus demi kenyamanan sivitas akademika. (Art)