Joged “Jaruh” Meresahkan, Prof. Tirka Widanti Ciptakan Joged Luwih sebagai Solusi

joged luwih 2
Pementasan Joged Luwih ciptaan Rektor Universitas Ngurah Rai (UNR)

DENPASAR, diaribali.com – Sebuah tari berjudul “Joged Luwih” telah lahir dan dipentaskan secara perdana pada momentum International Guest Lecture oleh Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai (UNR) bertema “Sustainable Development for Bali Island Towards the Vision of Golden Indonesia 2045”, Senin (9/12/2024).

Tari yang diciptakan oleh Rektor UNR Prof. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, M.M,. M.Hum., sekaligus menjadi tari penyambutan bagi para peserta yang terdiri dari berbagai perguruan tinggi di Bali dan nasional, di antaranya UNR selaku tuan rumah, Institut teknologi Sumatera (ITERA), Universitas Udayana, Universitas Pendidikan Nasional, Universitas Warmadewa dan Universitas Hindu Indonesia.

Serta narasumber dari tiga negara, yakni Prof. Dr. Walter Timo de Vries dari School of Engineering and Design Technical University of Munich Munchen, Germany, Prof. Shin-Huang Chen dari Civil Engineering National Central University Taiwan, dan Dr. Minh Kieu dari University of Auckland, New Zealand.

Dikonfirmasi usai pementasan, Trika Widanti, sang pencipta Joged Luwih mengaku karya ketiganya ini lahir dari keresahan akibat maraknya kemunculan tari “joged jaruh” yang jelas-jelas melenceng dari pakem tari khas Bali.

“Saya miris, khawatir dan resah karena joged bali mengalami pergeseran makna dan pandangan masyarakat terhadap budaya tarian joged itu sendiri,” kata Tirka Widanti. Ia bersyukur karena semua pihak yang menyaksikan memberikan apresiasi.

BACA JUGA:  Gelar Budaya Bertajuk ‘Catur Guru’ Akan Lepas Matahari 2024 di Kota Denpasar

Guru Besar Bidang Ilmu Kebijakan Publik ini menambahkan, tarian “Joged Luwih” bisa dipahami sebagai sebuah respons, jawaban atau solusi atas kegelisahan terhadap fenomena joged yang selama ini viral, terutama jika tarian-tarian tersebut dinilai menyimpang dari nilai estetika, etika, atau budaya luhur.

Dalam beberapa kasus, sambung dia, tarian Joged viral sering kali mendapat kritik karena dianggap terlalu vulgar, kehilangan makna filosofis, atau sekadar mengejar popularitas tanpa menghormati akar budayanya.

Joged Luwih” merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang dapat diterjemahkan secara harfiah menjadi “Tarian yang lebih baik” atau “Tarian yang lebih tinggi”. Dalam konteks budaya Jawa, “Joged Luwih” sering merujuk pada tarian atau gerak yang tidak hanya indah secara estetika tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur, spiritual, atau pesan moral tertentu.

Hal ini pula yang di harapkan oleh Tirka Widanti, sebagai Penginisiasi Joged Luwih, agar tarian joged yang merupakan kebudayaan asli dari masyarakat Bali dapat tetap di leastarikan sebagai warisan budaya yang luhur, memiliki nilai spiritual dan pesan moral yang baik.

Konsep “Joged Luwih” menurutnya merupakan jawaban untuk mengembalikan seni Tari joged itu sendiri:

  1. Mengembalikan Nilai Budaya, Joged Luwih dapat menjadi upaya untuk mengembalikan tarian pada esensi aslinya, yakni sebagai medium seni yang sarat dengan nilai budaya dan spiritual. Tarian ini tidak hanya mengutamakan gerakan indah, tetapi juga membawa pesan moral, harmoni, dan penghormatan terhadap tradisi.
  2. Meningkatkan Standar Kualitas Seni, Joged Luwih bisa menjadi representasi tarian dengan standar estetika yang lebih tinggi, melibatkan latihan intensif, penghayatan mendalam, dan perpaduan antara teknik seni dengan makna filosofis.
  3. Menghadirkan Alternatif yang Positif, Alih-alih hanya mengkritik, Joged Luwih menjadi alternatif nyata yang menunjukkan bahwa seni tari dapat tetap populer dan menarik tanpa harus mengorbankan nilai-nilai luhur. Ini bisa diangkat disosialisasi kan melalui platform media sosial untuk melawan pengaruh negatif dari tarian viral yang kontroversial.
  4. Mengedukasi Generasi Muda, Joged Luwih dapat digunakan sebagai sarana edukasi bagi generasi muda, mengajarkan pentingnya menjaga warisan budaya sekaligus tetap relevan dengan perkembangan zaman. Joged Luwih tidak hanya menjadi bentuk seni tari yang lebih bermakna, tetapi juga jawaban atas kegelisahan masyarakat terhadap perkembangan seni tari joged yang kurang menghargai akar tradisi dan moralitas.
BACA JUGA:  Tutug Bulan Pitung Dina Akhiri Rangkaian Karya Padudusan Agung lan Ngenteg Linggih Pura Agung Jagatnatha Denpasar

Bahkan dalam sambutannya, Tirka Widanti saat melaunching Tarian Jodeh Luwih juga menyatakan dengan bangga memperkenalkan peluncuran Joged Luwih, sebuah interpretasi modern dari tari Joged tradisional Bali.

“Joged Luwih merupakan inisiatif transformatif yang dirancang untuk mengembalikan esensi Joged tradisional dengan menekankan nilai-nilai budaya dan spiritual. Tarian Joged Luwih juga berfungsi sebagai media untuk menjunjung tinggi pesan moral, keharmonisan, dan penghormatan terhadap tradisi,” ucapnya.

 

Selain itu, Joged Luwih bertujuan untuk meningkatkan standar artistik Joged dengan menggabungkan pelatihan intensif, kedalaman filosofi, dan keunggulan estetika, yang memberikan alternatif positif untuk melawan pengaruh negatif dari pertunjukan kontroversial dan viral yang sering dikaitkan dengan joged.

Selain sebagai sebuah karya seni, Joged Luwih berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi generasi muda, mempromosikan pentingnya pelestarian budaya namun tetap relevan di zaman modern.

Ia beharap, inisiatifnya menciptakan tarian Joged Luwih selaras dengan komitmen bersama untuk melestarikan kearifan lokal sekaligus mengatasi tantangan kontemporer, menjadikan Joged Luwih sebagai tambahan yang berarti bagi warisan budaya kolektif.