Edukasi Pengurangan Sampah Plastik dan Membuat Eco-Enzyme

PENGABMAS-Dosen Kesling Polkesden usai memberikan edukasi pengurangan penggunaan kantong plastik dan cara membuat eco-enzyme bagi ibu-ibu PKK Kelurahan Panjer, Denpasar, di Kantor Lurah setempat, Minggu (4/7).
Bagikan

“Peran ibu rumah tangga sangat vital. Tidak hanya mengurus keluarga, ibu-ibu juga berperan membantu menyukseskan program-program pemerintah yang berkaitan dengan penanganan sampah”.

DENPASAR-DiariBali

Tim Dosen Pengabdian Kepada Masyarakat (Pengabmas), Jurusan Kesehatan Lingkungan (Kesling), Poltekkes Kemenkes Denpasar (Polkesden) yakni, Drs. I Made Bulda Mahayana, SKM., M.Si., dan Ni Made Marwati, S.Pd., ST., M.Si., memberi edukasi pengurangan penggunaan kantong plastik serta cara membuat eco-enzyme pada anggota PKK Kelurahan Panjer, Denpasar, Minggu (4/7) di Aula Kantor Kelurahan Panjer.

Kegiatan berlangsung dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Waktu kegiatan juga diatur se-efesien mungkin di masa Pemebrlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Tempat duduk ibu-ibu PKK yang hadir juga diatur dan tidak sedetik pun melepas masker.

Mengawali paparannya, Bulda Mahayana menjelaskan, pengabmas sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi bertujuan mendukung peraturan pemerintah khususnya Peraturan Wali Kota (Perwali) Denpasar No. 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik dan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

I Made Bulda Mahayana, SKM., M.Si., mamaparkan materi.
I Made Bulda Mahayana, SKM., M.Si., mamaparkan materi.

Plastik, kata dia, tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Sehingga mustahil untuk menyetop secara keseluruhan. Yang bisa diupayakan hanya mengurangi pemakainya. Ia juga membeberkan berbagai jenis plastik untuk menambah wawasan ibu-ibu karena sangat berpengaruh bagi kesehatan. “Jenis-jenis plastik istilahnya ada PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS, SAN, ABS, PC dan Nylon. Perlu diketahui setiap bahan ada kandungan kimianya biar tidak salah pengunaan karena memengaruhi kesehatan,” jelas Bulda Mahayana.

Terkait pelatihan membuat eco-enzyme, Bulda Mahayana menambahkan, inovasi ini penting dilakukan ibu-ibu karena memiliki segudang manfaat untuk keperluan rumah tangga serta dijual. Terlebih di masa pandemi Covid-19, ibu rumah tangga tidak boleh berdiam diri. Dan membuat eco-enzyme adalah salah satu aktivitas positif yang perlu diketok-tularkan.

Eco-enzyme, lanjut dia, adalah cairan alami serbaguna yang merupakan hasil fermentasi molase atau gula merah dicampur dengan sampah organik (terutama sisa buah dan sayur) ditambah air dengan perbandingan 1:3:10. Lalu, masukkan semua bahan dalam botol/toples hingga tiga bulan di daerah tropis dan enam bulan di daerah sub-tropis barulah bisa dipanen.

Setelah panen, cairannya disaring dan ampasnya digunakan sebagai pupuk tanaman. “Cairan eco-enzyme memiliki segudang manfaat, seperti menghaluskan kulit, campuran hand sanitizer, membersihkan kloset dan alat rumah tangga lain, serta pupuk tanaman. Yang penting jangan campur cabai dan buah nenas,” ungkapnya.

Yang terpenting, menurut Bulda Mahayana, jika semakin banyak pihak membuat eco-enzyme di rumah masing-masing, berarti turut berkontribusi mengurangi gunungan sampah di TPA. Sebab, berdasarkan data, 70 persen sampah di TPA adalah sampah organik. Selain baunya yang tidak sedap, tumpukan sampah organik juga menghasilkan gas metana. Seperti yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Bandung tahun 2005 silan. Peristiwa itu menelan 157 nyawa, merusak 137 unit rumah, dua desa dan 8,4 hektar sawah hancur.

Pada kesempatan yang sama, Ketua TP PKK Kelurahan Panjer Ketut Sari Suartini mengaku bersyukur anggotanya mendapatkan edukasi tentang pemanfaatan sampah. Edukasi ini sangat penting terutama untuk Panjer yang penduduknya sangat padat.

“Untuk seluruh anggota kami harus lebih bijak mengelola sampah, apalagi TPA Suwung kondisinya kian memprihatinkan. Mari pilah sampah dari rumah. Yang bernilai ekonomis jual ke bank sampah dan yang organik pakai eco-enzyme,” pinta Sari Suartini. TIM