Doa Bersama untuk Kedamaian Dunia

Perdamaian dunia
Doa bersama dalam rangka memperingati Hari Perdamaian Dunia, Kamis 21 September 2023

DENPASAR, diaribali.com – Bertepatan dengan Hari Perdamaian Dunia yang ditetapkan pada 21 September, Komunitas Gema Perdamaian (GP) menggelar peringatan dengan doa bersama di Gong Perdamaian Dunia, Kertalangu, Kamis (21/9/2023) malam.

Acara peringatan Hari Perdamaian melibatkan para seniman, budayawan, perwakilan stakeholders, Steering Committee serta Organizing Committee GP. Doa bersama dipimpin Ida Rsi Wisesanatha dan berlangsung dengan khidmat. Selain doa bersama, juga diisi dengan pembacaan puisi, pembacaan quotes damai dan penampilan dari musisi lokal dan internasional.

Ketua Perayaan Hari Perdamaian Dunia, I Dewa Sudarsana mengatakan, peringatan GP ke-21 mengusung tema “Damailah Bangsaku. Jayalah Negeriku”. GP senantiasa menggaungkan kedamaian dan mengingatkan bahwa damai adalah kebutuhan semua orang tanpa unsur SARA karena damai menjadi hal mendasar dalam kehidupan.

“Karena keadaan damai adalah panggung perhelatan kehidupan kita sehari-hari. Dengan kegiatan-kegiatan ini diharapkan latar belakang budaya ekslusif yang anthroposentris bisa disadari menjadi yang ekosentris yang inklusif; bahwa kita semua bersaudara,” imbuhnya.

Bali, kata Dewa Sudarsana, memiliki aura internasional, akan tetapi disharomini masih tetap terjadi. Untuk itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk mendeklarasikan bahwa 21 September sebagai hari baru untuk menciptakan kedamaian, sehingga damai ada disetiap hati sanubari setiap insan.

Pada kesempatan yang sama, Ida Rsi Wisesanatha menjelaskan, tujuan perayaan Hari Perdamaian Dunia adalah untuk memberikan edukasi dan membangun kesadaran bahwa nasionalisme yang proporsional akan terwujud jika memiliki wawasan internasionalisme yang cukup.

BACA JUGA:  Walikota Jaya Negara Lepas "Fun Run" Hut Ke-104 RSUD Wangaya

Menurutnya, wawasan internasionalisme perlu dibentuk sedemikian rupa untuk menyadari realitas bahwa semua orang hidup dalam satu Bumi, Udara dan Air yang sama.

“Oleh karena itu perlu pemahaman bersama terhadap hal-hal yang sifatnya perlu kita toleransikan karena mau tak mau kita tidak bisa hidup sendiri, namun harus bersama-sama menjaga menjaga keberadaan kita, baik secara fisik maupun dalam konteks kejiwaan di mana kita perlu saling mentoleransi hal-hal yang bersifat primordial yaitu SARA,” jelasnya.

Puncak acara GP akan digelar pada Sabtu (7/10/2023) di Pelataran Timur Monumen Bajra Sandhi yang melibatkan ribuan peserta pecinta damai dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah dan kalangan swasta. Zor