Cegah Stunting, Kolaborasi Mampu Wujudkan Tujuan Pemerintah

Anggota Komisi IX DPR RI Ketut Kariyasa Adnyana (kiri) saat menyerahkan bantuan biskuit bagi anak dan Ibu Hamil kepada Perbekel Umajero.
Anggota Komisi IX DPR RI Ketut Kariyasa Adnyana (kiri) saat menyerahkan bantuan biskuit bagi anak dan Ibu Hamil kepada Perbekel Umajero.

BULELENG,diaribali.com-Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Kepala Dinas Kesehatan dr. Sucipto mengajak seluruh elemen masyarakat, tokoh dan LSM untuk bekerja keras, berkolaborasi mencapai tujuan pemerintah dalam hal ini percepatan penurunan angka stunting di Bali pada umumnya, dan di Kabupaten Buleleng pada khususnya.

“Masa depan kita tergantung pada aksi dan langkah kolaboratif di masa kini. Anak-anak bangsa adalah aset. Sekarang kita merawat mereka, nanti mereka yang merawat kita, merawat negara ini yang kita cintai,” kata Sucipto saat memberikan sambutan
di sela Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Umajero, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Minggu (16/10).

Sementara Direktur Advokasi dan Hubungan Antarlembaga BKKBN Waheng Wahidah menambahkan, penurunan stunting menjadi isu strategis nasional dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) 72/2021. Semua komponen masyarakat diharapkan bahu membahu membebaskan Indonesia dari ancaman stunting yang saat ini masih bertengger di kisaran 24 persen.

Ia mengakui banyak intervensi yang dilakukan kepada catin, ibu hamil dan balita pada 1000 hari pertama kehidupannya. Pihaknya berharap, masyarakat menganggap intervensi ini bukan sebuah beban, melainkan kebutuhan pribadi keluarga demi terlahirnya generasi yang sehat dan cerdas.

Di lain sisi Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana, yang notabene mitra kerja BKKBN menambahkan, Bali tidak boleh lengah meski prevalensi jauh di bawah nasional yakni 10,9 persen. Justru angka ini wajib ditekan lagi hingga dua persen atau kalau bisa zero.

BACA JUGA:  90 Persen Perokok Tidak Pernah Menghubungi Layanan Berhenti Merokok

“Kenapa bila perlu harus zero? Karena Bali sangat tergantung dari sektor pariwisata. Kalau banyak penduduk yang stunting, bisa-bisa wisatawan mancanegara takut datang. Karena itu isu kesehatan,” pesan politisi Partai PDIP asal Buleleng ini.

Kariyasa yang putra Buleleng ini menegaskan, Tuhan menganugerahkan sumber pangan yang melimpah bagi Indonesia dan Bali khususnya. Sehingga, menurutnya, tidak ada alasan untuk tidak bisa menurunkan stunting.

“Ini sebenarnya lebih ke soal pola asuh. Kalau makanan kita nggak kurang. Pengen sayur sudah ada. Pengen ayam tinggal ambil, telor ikan semua ada,” katanya.

Perbekel Desa Umajero Gede Adis
mengaku di wilayahnya tidak ada balita yang terindikasi stunting. Namun upaya pencegahan dini sangat penting dilakukan karena ada 49 bayi dan puluhan ibu hamil yang harus diedukasi secara berkala.

Kampanye diawali dengan paparan materi dari Kepala Perwakilan BKKBN Bali dr. Luh Gede Sukardiasih., M.For., MARS tentang edukasi membentuk keluarga berkualitas. Ia menargetkan prevalensi stunting di Bali 6,15 persen di tahun 2024 yang saat ini masih 10,9 persen berdasarkan Survei Status Gisi Indonesia. (Art)