Buda Wage Klawu Piodalan yang berkaitan dengan Kekayaan dan Pantang untuk Bertransaksi

“Rerainan Buda Wage Klau merupakan rerainan yang dipercaya oleh umat hindu sebagai upacara untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas apa yang telah diberikan oleh tuhan. Buda Wage Klau juga diyakini merupakan piodalan Rambut Sedana yang diyakini sebagai piodalan kekayaan,” baik berupa uang dan kekayaan atas Sabda, Bayu, dan Idep”
DENPASAR, DiariBali
Umat Hindu mengenal dengan rainan atau hari di mana umat meyakini untuk memuja Tuhan atas anugerahnya melimpahkan kekayaan atau kesuburan yang telah diberikan selama ini. Yaitu rainan Budha Wage Klawu yang jatuhnya setiap 210 hari atau enam bulan menurut kalender Bali, di mana hari ini merupakan pemujaan terhadap Sang Hyang Sri Sedana atau Sang Hyang Sri Amertha, Rabu (11/8/2021).
Akademisi Universitas Hindu Indonesia (Unhi) I Kadek Satria, S.Ag, M.Pd. H, menyebut Budha Wage Klawu merupakan pemujaan atau salah satu cara bagi umat Hindu untuk memuliakan Tuhan sebagaimana yang telah dianugerahkan terhadap umat, anugerh tersebut berupa kekayaan.
“Banyak orang menganggap, bahwa kekayaan yang kita miliki adalah kekayaan dalam bentuk uang, banyak punya emas atau harta benda. Padahal harta tersebut hanya untuk kekayaan duniawi saja,” ungkapnya.
Padahal kekayaan sesungguhnya yang sudah dianugerahkan merupakan kekayaan dalam bentuk Bayu, Sabda dan Idep serta kekayaan bhakti umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kemudian kekayaan untuk menjaga hubungan harmonis terhadap tuhan, lingkungan maupun sesama ini merupakan kekayaan sesungguhnya.
Pada hari ini merupakan hari yang tepat untuk melaksanakan pemujaan terhadap beliau. Lantas dimana semestinya umat melaksanakan pemujaan tersebut? Banyak umat yang belum mengetahui tempat pemujaan yang sebenarnya atau yang tepat.
Satria mengatakan, selama ini umat sering melakukan pemujan di pelinggih-pelinggih atau pura di mana tempat mereka berjualan, tempat menaruh uang. Padahal hal tersebut bukan tempat yang tepat.
Padahal tepat pemujaaan yang tepat dilaksanakan, yaitu dipusatkan di merajan, kembulan atau rong telu, pasalnya disini sumber yang telah memberikan kehidupan atau sumber mendapat kekuatan untuk mencari nafkah untuk memperoleh rejeki, harta benda maupun kekayaan.
Namun, perlu juga diketahui bahwa pemujaan juga dilakukan dimana beliau bergelar betara betari yang bergelar Sang Hyang Purusa Pradana, sebab kesuburan muncul ketika bertemunya antara Purusa dan Predana.
Selain itu, dalam lontar Sundarigama disebutkan;
Buda wage, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, betari manik galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Artinya:
Budha Wage, Budha cemeng namanya, keterangannya ialah, mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran, yakni putusnya sifat-sifat kenafsuan, itulah yoga dari Bhatari Manik Galih, dengan jalan menurunkan Sang Hyang Omkara Amrta (inti hakekat kehidupan), di luar ruang lingkup dunia skala.
Adapun sarana yang digunakan dalam pemujaan Sang Hyang Rambut Sedana berupa canang sesidan, wangi-wangian, kembang wangi, canang wangi-lenge wangi serta dipersembahkan sesayut rambut sedana, banten rambut sedana berisi, tipat sari dan tipat bagia. Perlu juga dipersembahkan uang dalam banten tersebut baik berupa uang kepeng atau uang yang dimiliki.
Selanjutnya saat pemujaan ini ada keyakinan tidak boleh membayar hutang, menabung, pokoknya berkaitan dengan uang, ini menjadi kebenaran.
Diupayakan, sebaiknya umat melakukan pemujaan terlebih dahulu, sebelum melakukan transaksi. Setelah pemujaan selesai baru melakukan transaksi yang berkaitan dengan uang. Karena manusia tidak bisa terlepas dengan transaksi dalam keseharian.
Konsep Sri Dana atau memuliakan kekayaan sesungguhnya sudah ada sejak dulu, kemudian umat melakukan pemujaan dengan sarana uang, salah satunya menggunakan uang kepeng.
Semua yang berkaitan dengan uang, hari inilah dilakukan pemujaan. Memuja dengan tulus, memohon dengan tulus, dengan harapan kekayaan yang dimiliki bukan sekedar uang, namun dari kekayaan ini mampu memberikan kekayaan teman, perilaku, pikiran, maupun perkataan. (Tim)